ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (27/11/2017) mengkritik peningkatan penggunaan smartphone di tempat-tempat suci seperti Mekkah dan Madinah, dan mengatakan bahwa teknologi “secara bertahap memisahkan orang dari kehidupan.”
“Percakapan media sosial telah mengambil alih percakapan yang tulus. Orang-orang menyia-nyiakan waktu mereka dengan ponsel mereka bahkan di Mekah, Baitullah dan di Masjid Nabawi di Madinah, bukan menyibukkan diri mereka dengan doa dan tafakur,” kata Erdogan pada International Technology Addiction Congress ke-4 di Istanbul, yang diselenggarakan oleh asosiasi Green Crescent Turki, lansir Hurriyet Daily News.
“Sayangnya, teknologi, yang diperlukan untuk meringankan hidup kita, secara bertahap memisahkan kita dari kehidupan.”
“Dunia kita juga milik individu yang mencoba menjalani kehidupan tanpa teknologi, sama seperti orang yang menunggu antrian selama berjam-jam untuk membeli merek telepon model baru. Isu utamanya adalah bagaimana kita mengerti teknologi dan di mana kita akan menempatkannya dalam kehidupan kita,” tambahnya.
Erdoğan juga mendesak para pengambil keputusan, keluarga dan pendidik “agar tidak diam” terhadap bahaya kecanduan smartphone.
“Setiap hari jika kita tidak bertindak, masalahnya hanya akan semakin berkembang. Bukan hanya masa sekarang, tapi masa depan kita juga terancam. Turki saat ini dalam kondisi yang lebih baik mengenai masalah ini dibandingkan dengan negara lain, namun ancaman tersebut mendekati kita seperti longsoran salju,” ungkapnya.
Presiden Erdogan juga menekankan bahwa Turki “tidak teknofobia” dan “tidak masalah dengan inovasi, sains atau sumber informasi”.
“Kami tidak melihat dari mana perkembangan teknologi dan ilmiah berasal. Kami melihat tujuan untuk apa mereka digunakan dan bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan manusia,” tegas Erdogan.
Menurutnya, teknologi seharusnya tidak bertentangan dengan sifat negara. Sehingga umat Islam tidak boleh merintis senjata pemusnah massal seperti bom atom atau rudal nuklir karena teknologi tersebut melawan mentalitas dan pemikiran umat Islam yang berpusat pada keadilan, belas kasihan dan berbagi.
“Sebenarnya yang menjadi keberatan kami adalah mentalitas yang melegitimasi penggunaan senjata semacam itu terhadap orang-orang yang tidak bersalah,” kata Erdogan.
Pernyataan itu juga dia tujukan kepada negara-negara yang mendukung pelarangan hulu ledak nuklir dan senjata namun sebenarnya mereka memiliki puluhan ribu senjata jenis tersebut.
Erdgan menggambarkan hal tersebut sebagai “kecanduan mental”.
(ameera/arrahmah.com)