ISTANBUL (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk pertama kalinya mengungkapkan kondisi politik yang mengisolasinya akibat rasa iri yang di kalangan para pemimpin atas manuvernya di dunia internasional, sebagaimana dilaporkan EAN, Selasa (17/2/2015).
Berbicara di hadapan para jurnalis pasca kunjungannya ke Amerika Latin, Senin (16/2), Erdogan mengakui bahwa dirinya merupakan target kritik atas isu regional, sebagaimana dilansir TCN.
Namun, itu bukan masalah selama masyarakat Turki mendukung kebijakan negara, jawab Erdogan. “Saya tidak peduli menjadi sendirian di mata dunia. Yang penting adalah bagaimana masyarakat memandang saya. Kami melihat [bagaimana rakyat melihatnya] selama pemilu bahwa rakyat berpihak kepda saya. Dan tidak ada isolasi saat Anda melihat rakyat negara lain pun demikian [mendukung Erdogan].”
“Barangkali ada isolasi di tingkat para pemimpin, tapi itu hanya sekadar rasa iri saja,” ujar Erdogan, dan dikutip oleh beberapa harian Turki pada Ahad (15/2).
Presiden Turki menyontohkan isolasi politik yang dialami dalam hubungannya dengan Presiden AS, Barack Obama. Ia menggambarkan hubungannya itu sebagai “pernah baik di awalnya” tetapi kemudian telah berubah.
“Saya pernah memiliki hubungan yang sangat baik dengan Obama saat dia pertama kali menduduki kekuasaanya. Kami bahkan dijamu di Gedung Putih seperti keluarga. Kami mengadakan pertemuan empat mata. Setelah pembicaraan-pembicaraan itu, kami lihat banyak hal mulai berkembang ke arah yang berbeda, yang tidak dapat saya pahami,” terang Erdogan.
Baru-baru ini, Erdogan mengeritik Obama karena tidak berbicara saat terjadi pembunuhan 3 Muslim di Chapel Hill, Carolina Utara.
Saat ditanya mengenai apakah kritikannya terlalu pedas kepada Obama, Erdogan menjawab: ” Saya tidak tahu apakah Anda [publik] melihat statemen saya kasar atau lembut. Tapi ini tidak bisa diterima. Kita [sebagai pemimpin] tidak boleh bungkam atas insiden yang terjadi di negara kita. Ini adalah sebuah syarat untuk kemitraan strategis.”
Dalam kesempatan yang sama, Erdogan juga menyentil Mesir, mempertanyakan “mengapa dunia tidak berbicara melawan” Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Erdogan secara berkesinambungan melawan barat yang mendukung Sisi, yang berkuasa pasca kudeta terhadap Presiden Islami Muhammad Mursi.
Sementara Turki dikenal sebagai pendukung kelompok Ikhwanul Muslimin -wadah politik Presiden Mursi- yang sekarang dikriminalkan pihak anti-Islam.
Hingga kini Erdogan masih mengatakan bahwa penurunan Mursi dari jabatan presiden merupakan akibat dari kudeta yang didalangi Sisi.
“Ketika Anda mengatakan [kenyataan] ini, Anda ditinggalkan sendirian, tetapi tidak di mata rakyat,” pungkas Erdogan. (adibahasan/arrahmah.com)