TUNIS (Arrahmah.com) – Perdana menteri Turki, Recep Tayip ,Erdogan menyatakan kepada rakyat Tunisia kemarin (16/9/2011) bahwa “Islam dan demokrasi bisa bersanding”. Erdogan menyebutkan Islam moderat yang ia contohkan pada partainya sendiri yang melangkah menuju kemenangan jajak pendapat Oktober mendatang.
Dalam kunjungannya ke negara pelopor “Musim Semi Arab”, Erdogan juga memperingatkan agar Tunisia berhati-hati dengan Israel. Erdogan berusaha untuk mengambil keuntungan politik melalui isu Israel di Timur Tengah. Ia ingin tampil sebagai sosok pahlawan melalui sejumlah sikapnya yang tampak ‘keras kepala’ dan ‘menantang’ negara Zionis tersebut.
“Islam dan demokrasi tidak bertentangan. Muslim dapat berhasil menjalankan sebuah negara dengan dua hal itu,” kata Erdogan setelah pertemuan dengan mitranya dari Tunisia, Beji Caid Essebsi.
“Keberhasilan dari proses pemilihan di Tunisia akan menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi dan Islam bisa berjalan bersama-sama.”
Setelah digulingkan Zine El Abidine Ben Ali, yang pernah dipandang sebagai salah satu diktator dunia yang paling kuat, Tunisia akan memilih majelis konstituen dalam pemilu 23 Oktober mendatang yang diprediksi oleh sejumlah pihak akan dimenangkan oleh pihak An nahda, pimpinan tokoh Islam, Rached Ghannouchi.
Annahda merupakan sebuah gerakan Islam kompromistis yang ditekan di bawah 23 tahun pemerintahan Ben Ali dan mengklaim terinspirasi dari Partai Keadilan dan Partai Pembangunan pimpinan Erdogan.
Kaum sekuler Tunisia telah menyatakan kekhawatiran mereka bahwa kemenangan Annahda dalam pemilu bisa mereduksi kebebasan beragama dan hak-hak perempuan, meskipun Gannouchi menjamin bahwa ketakutan itu tidak akan pernah terjadi.
Dukungan terselubung Erdogan untuk Ghannouchi adalah motivasi besar bagi Annahda, analis Faycal Cherif mengatakan.
“Turki adalah negara kelas berat. Erdogan datang ke Tunisia untuk menguatkan opini publik agar Annahda tidak perlu takut,” kata Cherif. (althaf/arrahmah.com)