ANKARA (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam “Israel” dan para pendukungnya dalam pidatonya yang berapi-api pada Rabu (25/10/2023), mendesak para pemimpin dunia untuk menghentikan serangan terhadap warga Palestina di Gaza.
Berbicara di parlemen, Erdogan mengatakan Turki “tidak berhutang apa pun” kepada “Israel” dan mengumumkan bahwa ia tidak akan lagi mengunjungi negara itu seperti yang direncanakan sebelumnya.
Dia juga mengatakan Hamas bukanlah kelompok teroris, karena banyak sekutu Turki di NATO yang melarang gerakan tersebut, dan malah menyebut mereka sebagai mujahidin yang berjuang untuk “melindungi tanah dan penduduknya”.
Kampanye pengeboman brutal “Israel” di Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke “Israel” selatan.
Serangan “Israel” telah menewaskan sedikitnya 6.546 orang, termasuk lebih dari 2.704 anak-anak dan 1.584 wanita, menurut pejabat Palestina. Sebanyak 1.600 orang lainnya, termasuk 900 anak-anak, hilang dan diperkirakan terjebak di bawah reruntuhan.
Menurut para pejabat “Israel”, sekitar 1.400 orang tewas di “Israel” selama serangan yang dipimpin Hamas dan setidaknya 220 orang lainnya telah menjadi tawanan di Gaza.
“Sekitar setengah dari mereka yang tewas dalam serangan “Israel” di Gaza adalah anak-anak. Angka-angka ini menunjukkan bahwa tujuannya adalah sebuah kekejaman untuk melakukan kejahatan terencana terhadap kemanusiaan,” kata Erdogan dalam pidatonya.
“Serangan “Israel” di Gaza adalah sebuah situasi yang membuktikan adanya pembunuhan dan kondisi penyakit mental, baik bagi mereka yang melakukan serangan tersebut maupun bagi mereka yang mendukung serangan tersebut,” tambahnya.
Pada hari-hari pertama perang, presiden Turki lebih berhati-hati dalam pernyataannya mengenai permusuhan, mengutuk semua serangan terhadap warga sipil, namun mendesak “Israel” untuk bereaksi dengan menahan diri.
Namun, ketika kampanye pengeboman di Gaza meningkat intensitasnya, menyebabkan jumlah korban tewas setiap hari meningkat secara eksponensial, ia menjadi lebih vokal menentang tindakan “Israel”.
Erdogan menyerukan gencatan senjata segera dan negosiasi untuk pembebasan sandera dan mengatakan negara-negara Muslim harus bekerja sama untuk menjamin perdamaian abadi di wilayah tersebut.
“Kami akan terus menyerukan kebenaran dan mengambil tindakan politik dan, jika perlu, tindakan militer,” kata Erdogan tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Presiden Trump juga mengecam negara-negara Barat atas dukungan mereka yang “tidak terbatas” kepada “Israel”, dengan mengatakan bahwa hal itu telah menyebabkan pembantaian di Gaza.
Erdogan lebih lanjut menegaskan kembali usulan Turki mengenai sistem penjaminan untuk menyelesaikan konflik, dengan mengatakan bahwa Turki siap menjadi salah satu penjamin bagi pihak Palestina, dengan kehadiran kemanusiaan, politik, dan militer.
Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menggambarkan komentar Erdogan sebagai sesuatu yang serius dan menjijikkan serta tidak membantu deeskalasi.
Salvini mengatakan dalam sebuah catatan bahwa dia akan menyarankan kepada menteri luar negeri Italia untuk mengirimkan protes resmi dan memanggil duta besar Turki untuk Italia. (zarahamala/arrahmah.id)