ANKARA (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terlah menyuarakan dukungannya terhadap pasukan perlawanan Suriah yang melancarkan operasi dan merebut beberapa kota besar dalam beberapa pekan ini. Dukungnya tersebut tampak dari pernyataan yang dilontarkan oleh Erdogan pada Jumat (6/12/2024).
“Idlib, Hama, Homs, dan tentu saja, target utamanya adalah Damaskus. Perjuangan oposisi terus berlanjut,” kata Erdogan.
“Harapan kami adalah perjuangan di Suriah ini berjalan tanpa insiden atau masalah apa pun,” lanjutnya.
Erdogan mengungkapkan bahwa ia telah mengundang Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk berunding, namun Assad tidak menanggapi undangan tersebut secara positif.
Dilansir Middle East Eye sumber keamanan Turki mengatakan bahwa Ankara telah menyetujui operasi terbatas di pedesaan Aleppo.
Namun, kekalahan pasukan rezim Assad di Aleppo yang tak terduga membuat pejuang perlawanan Suriah memperluas operasi tersebut.
Beberapa elemen Tentara Nasional Suriah (SNA) yang didukung Turki bergabung dalam serangan awal Aleppo yang dipimpin oleh Hai’ah Tahrir Asy-Syam (HTS).
Saat Aleppo jatuh ke tangan pejuang perlawanan Suriah, SNA juga membuka front lain dari utara, merebut wilayah dekat Tal Rifaat dan bandara militer Kuweires yang penting secara strategis.
Beberapa narasumber dari Turki menyatakan kepada media bahwa penolakan Assad untuk berdamai dengan kelompok perlawanan Suriah dan serangan yang mereka lancarkan terhadap warga sipil di Idlib, yang dikuasai oposisi, telah memicu operasi serangan di Aleppo.
“Di bawah kepemimpinan Ibrahim Kalin, Organisasi Intelijen Nasional telah memantau lapangan secara ketat selama tiga bulan terakhir dan telah melakukan semua persiapan yang diperlukan melalui upaya diplomatik dan intelijen,” ungkap surat kabar Hurriyet.
“Setelah mobilisasi HTS dan berdasarkan asumsi bahwa semua aktor di garis depan Suriah akan mengambil posisi, organisasi intelijen telah dikerahkan sepenuhnya ke lapangan,” lanjutnya.
Hurriyet juga mengatakan bahwa intelijen Turki sepenuhnya berada di lapangan saat operasi yang menargetkan Tal Rifaat berlangsung.
“Ada sejumlah kecil tentara Rusia yang berpatroli di Tal Rifaat, dan Rusia diperingatkan melalui jalur Ankara-Moskow. Akibatnya, tentara Rusia meninggalkan daerah itu,” imbuh laporan itu. (Rafa/arrahmah.id)