ANKARA (Arrahmah.com) – Berbicara kepada wartawan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memperingatkan Washington pada Rabu (1/8/2018) agar tidak menggunakan bahasa yang mengancam terhadap Ankara, menekankan bahwa hal itu tidak akan menguntungkan siapa pun
Berbicara kepada wartawan di Ankara, Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan berkompromi mengenai independensi peradilan, dan mengatakan pernyataan AS yang “evangelis dan bermental zionis” tidak dapat diterima.
Dia juga mengatakan menteri luar negerinya, Mevlut Cavusoglu, akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo di sela-sela pertemuan ASEAN di Singapura pekan ini.
Selama akhir pekan, Pompeo dan Cavusoglu membahas kasus pendeta AS Andrew Brunson. Dia dipenjarakan pada tahun 2016 setelah Ankara menuduhnya memiliki hubungan dengan gerakan ulama Islam Fethullah Gulen, yang dianggap pemerintah Turki bertanggung jawab untuk mengatur kudeta militer yang gagal pada tahun yang sama.
Pernyataan Erdogan menggemakan komentar sebelumnya yang dibuat oleh Cavusoglu, yang menekankan bahwa Turki tidak akan pernah menoleransi ancaman.
“Tidak ada yang mendikte ke Turki. Kami tidak akan pernah menolerir ancaman dari siapa pun. Aturan hukum adalah untuk semua orang, tidak terkecuali.”
Dalam perkembangan lain, hubungan antara dua sekutu NATO telah dipersulit oleh perselisihan tentang akuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia oleh Ankara, yang menjadi batu sandungan besar bagi Turki yang juga mendapatkan jet tempur F-35 dari Amerika Serikat.
Pada akhir Juli, RUU kebijakan pertahanan AS 2019 mengungkap bahwa Washington telah membekukan sementara pengiriman F-35, yang telah dibayar Ankara.
Menanggapi laporan, perwakilan resmi Erdogan, Ibrahim Kalin, dikutip mengatakan bahwa Turki akan “mengambil langkah hukum jika ada langkah yang diambil untuk mencegah pasokan F-35.”
Pada bulan Desember 2017, Rusia dan Turki menandatangani perjanjian pinjaman tentang penjualan S-400 ke Ankara, yang menyebabkan reaksi keras dari Amerika Serikat. Washington telah beberapa kali mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Turki karena percaya bahwa senjata buatan Rusia tidak sesuai dengan pertahanan NATO. (Althaf/arrahmah.com)