LUSAKA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengatakan pada Sabtu (28/7/2018) bahwa perselisihan antara Turki dan Amerika Serikat mengenai pastor Amerika yang dipenjara, Andrew Brunson, dan ancaman sanksi yang datang dari Washington, adalah “perang psikologis”.
“Menurut pendapat saya, ini semua adalah bagian dari perang psikologis,” katanya kepada wartawan di Zambia sebelum kembali ke Ankara, mengacu pada pernyataan dari Presiden AS Donald Trump, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Kementerian Pertahanan AS.
Pada tanggal 26 Juli, baik Trump dan Pence mengancam Turki dengan “sanksi” jika Brunson, yang diberikan tahanan rumah pada 25 Juli setelah tinggal di balik jeruji besi selama hampir dua tahun atas tuduhan terorisme, tidak dibebaskan.
Meskipun pernyataan-pernyataan yang disampaikan dengan kata-kata tajam dari kedua belah pihak, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan pada 27 Juli bahwa kedua militer tetap “dalam kondisi baik”, menunjuk pada kegiatan patroli bersama di kota Manbij, Suriah utara.
Kongres AS telah menyiapkan RUU pertahanan yang akan memblokir pengiriman jet tempur F-35 ke Turki kecuali jika Ankara membebaskan warga dan karyawan AS yang dipenjarakan dan membatalkan pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Erdogan mengatakan Turki akan menggunakan arbitrase internasional jika penjualan jet F-35 ke Ankara diblokir.
“Kami tidak akan mengambil langkah mundur saat menghadapi sanksi,” kata sang presiden.
“Mereka (AS) seharusnya tidak lupa bahwa mereka akan kehilangan sekutu yang kuat dan tulus (seperti Turki),” tambahnya. (Althaf/arrahmah.com)