TEL AVIV (Arrahmah.id) – Berita terus berdatangan tentang serangan penabrakan truk yang terjadi di ‘Israel’ pada Sabtu (26/10/2024), insiden yang paling serius sejak 7 Oktober 2023, mengingat lokasinya dan kerugian yang ditimbulkannya.
Berikut adalah 6 pertanyaan dan jawaban tentang operasi ini:
1- Bagaimana serangan penabrakan truk ini terjadi?
Laporan menunjukkan bahwa sebuah truk menabrak sebuah stasiun bus dekat Glilot, sebelah utara Tel Aviv.
Menurut beberapa sumber, operasi itu dimotivasi oleh motif “nasionalis”, sebagaimana yang dikatakan polisi ‘Israel’ ketika perlawanan Palestina melakukan operasi semacam itu.
Polisi ‘Israel’ mengatakan bahwa truk itu bertabrakan dengan sebuah bus di dekat stasiun penumpang di sebelah pangkalan militer Glilot, yang juga mencakup markas besar Mossad.
2- Berapa banyak yang tewas dan terluka?
Awalnya, ambulans ‘Israel’ mengonfirmasi bahwa 50 tentara ‘Israel’ terluka dalam serangan penabrakan mobil itu, 15 di antaranya dalam kondisi kritis.
Kemudian, laporan tentang korban tewas terus berlanjut, saat Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv mengumumkan kematian salah satu korban luka dalam serangan penabrakan truk tersebut.
Akun ‘Israel’ di X melaporkan bahwa banyaknya orang tewas.
BREAKING: 5 Israeli dead and 50 injured in Tel Aviv ramming attack.
A man from Qalansuwa, identified as Rami Nator, launched a truck-ramming assault close to a Mossad and Unit 8200 installation north of Tel Aviv.
تل ابیب pic.twitter.com/CYPY9Mmtyp— Linda Morgan 🆇 (@PGTAnalytics) October 27, 2024
3- Mengapa sebagian besar target adalah tentara ‘Israel’?
Radio Angkatan Darat ‘Israel’ mengonfirmasi, mengutip saksi mata, bahwa sejumlah besar korban luka adalah tentara yang sedang dalam perjalanan ke pangkalan militer mereka.
4- Siapa pelakunya? Dan bagaimana statusnya saat ini?
Laporan berbahasa Ibrani mengutip Shin Bet yang mengatakan bahwa pelaku serangan itu adalah Rami Natour, seorang Arab Palestina dari Qalansawe.
Jurnalis Elias Karam mengutip Channel 12 ‘Israel’ yang mengatakan bahwa pelakunya adalah seorang pemuda Palestina dari kota Qalansawe, yang terletak di dalam Garis Hijau, dan memegang kartu identitas biru yang diberikan oleh otoritas ‘Israel’ kepada warga Palestina 1948.
Polisi ‘Israel’ mengatakan bahwa warga sipil menembak pengemudi truk tersebut.
Radio militer ‘Israel’ juga melaporkan bahwa pelaku operasi penabrakan telah ditembak mati.
Martyr Rami Al-Natour (Nasrallah) from Qalansuwa, who executed the ramming operation in Glilot north of "Tel Aviv."
The operation resulted in:
🔻50 IOF injuries
🔻10 critical injuries
🔻5 IOF deaths pic.twitter.com/8EGeDvcXq9— الأخ الكبير (@BIG__Brother7) October 27, 2024
5- Bagaimana reaksi warga Palestina terhadap insiden tersebut?
Hamas mengatakan bahwa “operasi penabrakan heroik di dekat markas Mossad merupakan respons alami terhadap kejahatan pendudukan Zionis terhadap rakyat Palestina kami.”
Gerakan tersebut menambahkan bahwa mereka memberkati operasi tersebut, yang menegaskan bahwa “orang-orang pemberani kami terus menantang mesin pembunuh dan teror Zionis.”
Gerakan Jihad Islam juga mengatakan bahwa mereka memberkati “operasi Tel Aviv yang heroik yang menargetkan tentara dan perwira dari unit intelijen militer.”
Front Populer untuk Pembebasan Palestina memuji “operasi heroik yang menargetkan pasukan pendudukan di dekat pangkalan militer Glilot.”
Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina dan gerakan perlawanan Palestina atas operasi Tel Aviv yang heroik terhadap tentara pendudukan.”
6- Apa reaksi ‘Israel’ yang paling menonjol?
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia sedang menunggu klarifikasi akhir atas insiden tersebut.
Menteri Keamanan Nasional ‘Israel’ Itamar Ben-Gvir memuji warga sipil ‘Israel’ karena telah menembak pelaku serangan penabrakan truk tersebut, dengan mengatakan, “Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa senjata itu menyelamatkan nyawa, dan kebijakan saya benar.”
Ben-Gvir meminta Perdana Menteri dan semua anggota koalisi yang berkuasa untuk “mendukung undang-undang untuk mendeportasi keluarga teroris.” (zarahamala/arrahmah.id)