KIDAL (Arrahmah.com) – Enam pejabat pemerintahan Mali dan dua orang warga sipil dilaporkan tewas oleh serangan gerilyawan Gerakan Pembebasan Nasionalis Tuareq (MNLA) di kota Kidal, Mali utara, Al-Jazeera melaporkan.
Gerilyawan suku Tuareq menyerang kantor pemerintahan Mali di kota Kidal, Mali utara pada hari Jum’at (16/5/2014). Dalam serangan tersebut gerilyawan Tuareq menewaskan enam pejabat pemerintah, dua warga sipil dan sedikitnya delapan tentara Mali. Gerilyawan juga menawan sekitar 30 tentara Mali.
Serangan itu dilakukan oleh gerilyawan Tuareq sebelum rombongan Perdana Mentri Mali Musa Mara tiba di kota Kidal. Musa Mara yang baru tiba di kota Kidal pada Sabtu (17/5/2014) terpaksa berlindung pada sebuah kamp militer di kota tersebut.
Musa Mara kemudian dievakuasi ke kota Gao yang juga berada di wilayah Mali Utara. Dalam pernyataannya kepada wartawan Reuters, Mara menegaskan “dalam situasi deklarasi perang ini, mulai saat ini dan seterusnya Mali berada dalam kondisi perang. Kami akan memberikan reaksi yang tepat atas serangan ini”.
Pada hari Ahad (18/5/2014) rezim sekuler Mali mulai mengerahkan pasukan dalam jumlah besar untuk merebut kembali kota Kedal. Seorang pejabat tinggi militer Mali mengatakan kepada Reuters “pasukan bantuan sedang dalam perjalanan menuju Kidal dan targetnya adalah merebut kembali Kidal”.
Ini merupakan kunjungan kerja pertama Musa Mara setelah dilantik sebagai Perdana Mentri Mali pada bulan April lalu. Kunjungan kerja PM Mali ke wilayah Kidal bertujuan untuk melanjutkan kembali upaya negosiasi dengan kelompok-kelompok gerilyawan di Mali utara.
Musa Mara mengkritik keras pasukan PBB dan pasukan Perancis yang membiarkan terjadinya serangan gerilyawan Tuareq tersebut. “Sebelumnya kami berharap minimal pasukan PBB dan pasukan Perancis bisa menjamin tidak terjadinya serangan terhadap kantor pemerintahan”, katanya.
Kelompok gerilyawan nasionalis Tuareq pernah bekerjasama dengan mujahidin Jama’ah Anshar Ad-Dien dalam pendirian Imarah Islam Azawad di wilayah Mali utara. Kerjasama tersebut akhirnya pecah dan mujahidin Anshar Ad-Dien berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mali utara. Namun pasukan salibis Perancis melakukan invasi militer pada bulan Januari 2013 untuk menjatuhkan Imarah Islam Azawad.
Sejak saat itu mujahidin Anshar Ad-Dien dan kelompok-kelompok yang berafiliasi kepada Al-Qaeda in Islamic Maghrib (AQIM) melancarkan peperangan gerilya di wilayah gurun Sahara. Belasan ribu pasukan salibis Perancis dan pasukan Uni Afrika dikerahkan untuk mempertahankan Mali utara dari serangan mujahidin Anshar Ad-Dien dan gerilyawan Tuareq.
(muhib al majdi/arrahmah.com)