GAZA (Arrahmah.id) — Enam wartawan Palestina telah terbunuh dalam hitungan hari. Para wartawan menjadi target serangan, sejak gempuran pasukan Israel di Jalur Gaza yang terkepung.
Dilansir Al Jazeera (10/10), wartawan Saeed al-Taweel, pemimpin redaksi situs Al-Khamsa News, dan dua anggota pers lainnya terbunuh pada hari Selasa (10/10) ketika mereka bertugas untuk mengambil gambar sebuah bangunan yang akan segera dibom oleh Pasukan Israel di Kota Gaza.
“Sayangnya, mereka baru saja mengirimkan pemberitahuan peringatan ke gedung Hiji bahwa gedung itu akan dibom,” kata al-Taweel dalam kata-kata terakhirnya.
Laporan itu disampaikan tak lama sebelum ia tewas dalam serangan pasukan Israel.
“Daerah itu telah dievakuasi seluruhnya. Wanita, pria, orang tua, anak-anak semuanya telah meninggalkan daerah tersebut,” katanya dalam sebuah rekaman yang diperoleh Al Jazeera.
Al-Taweel, Mohammed Subh ,dan Hisham Alnwajha telah berdiri pada jarak yang aman, ratusan meter dari target yang disebutkan. Namun serangan udara itu malah menghantam bangunan yang berbeda, jauh lebih dekat dengan mereka.
“Alnwajha mengalami luka serius dan dirawat di ruang perawatan intensif di Al-Shifa Medical Complex,” kantor berita Palestina, WAFA melaporkan.
Para kru yang mengenakan jaket dan helm dengan jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota pers.
Pemakaman Subh dan al-Taweel diadakan beberapa jam kemudian di sebuah rumah sakit di Kota Gaza.
Sebagai penghormatan atas pekerjaan mereka, helm ikonik yang biasa dikenakan oleh pekerja media diletakkan di atas tubuh mereka, yang ditutupi dengan kain putih.
Dua wartawan lainnya, Ibrahim Mohammad Lafi dan Mohammad Jarghoun, ditembak mati ketika sedang melakukan peliputan pada hari Sabtu.
Lafi, seorang fotografer untuk Ain Media, berada di persimpangan Beit Hanoon di Jalur Gaza, yang dikenal sebagai Erez oleh warga Israel, ketika Israel dan Hamas terlibat dalam kekerasan yang meningkat.
Kelompok kebebasan pers Palestina, MADA, dan Journalist Support Committee (JSC) melaporkan bahwa Jarghoun, seorang reporter dari Smart Media, tewas saat berada di sebelah timur kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Sementara itu, wartawan lepas Mohammad el-Salhi ditembak mati di perbatasan sebelah timur kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza tengah.
Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) yang berbasis di New York, melaporkan bahwa dua fotografer Palestina, Nidal al-Wahidi dari saluran Al-Najah dan Haitham Abdelwahid dari kantor berita Ain Media, hilang sejak Sabtu.
“Ibrahim Qanan, koresponden saluran Al-Ghad, terluka oleh pecahan peluru di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan,” kata MADA.
Kelompok Organisasi itu mengecam kegigihan pasukan pendudukan Israel dalam melakukan kejahatan yang lebih serius dan serangan terhadap jurnalis serta media di Palestina.
Sherif Mansour dari CPJ meminta semua pihak untuk mengingat bahwa jurnalis adalah warga sipil dan tidak boleh menjadi sasaran.
“Pelaporan yang akurat sangat penting selama masa krisis dan media memiliki peran penting dalam menyampaikan berita dari Gaza dan Israel kepada dunia,” sebutnya.
CPJ menyerukan penyelidikan atas kematian el-Salhi.
Sekitar 1.300 orang dari kedua belah pihak dalam konflik tersebut telah tewas sejak Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, dengan melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel pada hari Sabtu.
Tembakan Israel juga telah menghancurkan rumah Rami al-Sharafi, direktur Radio Zaman, dan penyiar Al-Quds Today, Basil Khair al-Din.
Kantor-kantor media, termasuk kantor pusat surat kabar Al-Ayyam di Palestine Tower, Yayasan Fadel Shanaa, Shehab Agency, dan Radio Gaza FM juga menjadi sasaran pasukan Israel.
Kelompok Organisasi itu menyerukan agar tindakan sewenang-wenang dan kekebalan hukum segera berakhir.
“Segera akhiri kebebasan yang dinikmati oleh pihak berwenang Israel sebagai satu-satunya kunci untuk menghentikan pembunuhan jurnalis dan serangan yang menargetkan kebebasan dan media di Palestina,” pungkasnya. (hanoum/arrahmah.id)