PADANG (Arrahmah.com) – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Irwan Prayitno menyatakan, sedikitnya enam dusun/perkampungan rata dengan tanah, dari 27 dusun yang dihempas gelombang bencana tsunami pada Senin (25/10/2010) malam.
Gubernur menyampaikan hal itu, Kamis malam kepada wartawan, setelah melakukan peninjauan selama dua hari ke titik-titik yang terkena hempasan tsunami di Mentawai.
Gubernur menjelaskan, di luar dusun yang rata dengan tanah dari jumlah 27 dusun yang terkena itu, sisanya 50-60 persen mengalami kerusakan akibat hantaman gelombang tsunami.
Gelombang tsunami, kata gubernur, terjadinya 15 menit setelah gempa berkekuatan 7,2 skala richter (SR) dan berulang selama tiga kali dengan ketinggian ada yang capai 12-15 meter dibeberapa titik.
Data korban jiwa hingga pukul 10.00 WIB sudah tercatat 370 orang yang meninggal dunia, sebanyak 130 masih dinyatakan hilang.
Gubernur menjelaskan, umumnya korban yang ditemukan jasadnya banyak di darat, dan sebagian kecil yang mengapung di laut.
Pencarian terhadap korban yang masih hilang, tambah gubernur, akan tetap dilakukan beberapa hari ke depan, dan mudah-mudahan cuaca di perairan Mentawai mendukung.
Kendala yang dihadapi tim gabungan dalam melakukan evakuasi terhadap korban yang hilang, dihadapkan dengan transportasi karena hanya semata mengandalkan jalur laut.
Jalur laut, dalam dua hari terakhir masih relatif mendukung di perairan itu, sehingga speed boat bisa menunju dusun-dusun yang terkena hempasan gelombang tsunami.
“Jika cuaca laut normal hanya memakan waktu satu jam antar dusun ke dusun lainnya, sebaliknya cuaca buruk bisa mencapai 12 jam waktu perjalanan laut,”katanya.
Kendati demikian, upaya evakuasi terhadap korban yang tewas bisa berjalan dengan baik, meskipun dihadapkan dengan medan yang tak sama dengan mengevakuasi bencana di darat.
“Korban meninggal dunia umumnya karena tsunami, karena waktu datangnya hanya berjarak 15 menit dari peristiwa gempa terjadi. Masyarakat yang sudah tidur dan ada pula yang sedang nonton tetapi warga sebagian yang tak menduga akan terjadi tsunami,” katanya.
Tergeletak
Sementara itu, Kesaksian Tasmin Saogo, kepala desa Samanganya, Kecamatan Pagai Utara, Kamis malam (28/10) sebagaimana dikutip BBC mengatakan masih banyak mayat tergeletak. Menurut Tasmin, yang baru saja pulang dari mengunjungi dusun-dusun yang paling parah di desa tetangga, Betumonga dua dusun disana, yakni Munthei dan Sadegugung, hancur total.
”[Di] Sagegugung tidak ada kantung mayat, 95 orang dimakamkan diangkat begitu saja, tanpa kantung mayat dan dikebumikan begitu saja,” katanya.
Banyak mayat yang bergelimpangan di bawah pohon kelapa, sagu dan banyak tempat lain. Nampaknya, dibutuhkan bantuan banyak relawan untuk menangani ini. (ant/hid/arrahmah.com)