SANA’A (Arrahmah.id) – Empat tentara Yaman tewas dan 17 lainnya terluka dalam gelombang terakhir serangan Houtsi dalam tiga hari, Kementerian Pertahanan Yaman mengatakan, menambahkan pukulan lebih lanjut ke gencatan senjata yang ditengahi PBB.
Kementerian mengatakan bahwa Houtsi melanggar gencatan senjata 288 kali pada Selasa, Rabu dan Kamis di bekas medan perang yang berkobar di seluruh negeri.
Ia mengklaim bahwa pasukan Yaman mendorong kembali banyak upaya oleh Houtsi untuk menguasai daerah-daerah baru dan berada di bawah serangan pesawat tak berawak dan rudal oleh Houtsi di provinsi Hudaidah, Taiz, Marib, Hajjah, Jouf dan Dhale, lansir Arab News (18/6/2022).
Sebagian besar serangan Houtsi — 80 pelanggaran — terjadi di distrik Hays yang diperebutkan di provinsi Hudaidah diikuti oleh 65 pelanggaran di Taiz di mana Houtsi menyerang pasukan pemerintah dengan drone yang dilengkapi bahan peledak dan senapan mesin sedang dan berat, menewaskan empat tentara dan melukai 17 lainnya.
Jumlah total kematian tentara sejak Sabtu lalu adalah sembilan.
Brigjen Abdu Abdullah Majili, juru bicara Angkatan Darat Yaman, mengatakan kepada Arab News bahwa tentara masih mengamati gencatan senjata, terlepas dari pelanggaran Houtsi, mengulangi seruan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan tekanan pada Houtsi untuk menghentikan serangan.
“Milisi teroris Houtsi telah melanggar gencatan senjata baru ratusan kali dengan jelas mengabaikan perjanjian internasional. Ada banyak martir di tentara dalam serangan itu,” kata Majili.
Meskipun ada laporan yang dikonfirmasi tentang pelanggaran tersebut, PBB dan organisasi bantuan internasional mengatakan bahwa korban manusia telah turun secara signifikan selama gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan yang vital mencapai yang membutuhkan di seluruh negeri.
Di Sana’a, Houtsi mengatur pemakaman militer untuk lima perwira yang tewas di medan perang.
Puluhan pejuang Houtsi yang tewas telah dimakamkan di pemakaman militer serupa selama dua bulan terakhir di seluruh wilayah yang dikuasai Houtsi.
Selain mengurangi permusuhan, gencatan senjata yang mulai berlaku pada 2 April memungkinkan dimulainya kembali penerbangan komersial dari bandara Sana’a untuk pertama kalinya dalam enam tahun dan juga setidaknya selusin kapal bahan bakar memasuki pelabuhan Hudaidah.
Tetapi Houtsi belum mengangkat pengepungan mereka di kota Taiz Yaman, salah satu elemen dari gencatan senjata meskipun dua putaran pembicaraan dengan pemerintah Yaman dan meningkatnya tekanan internasional.(haninmazaya/arrahmah.id)