BASRA (Arrahmah.id) — Kemenangan Irak di Arabian Gulf Cup turut meninggalkan catatan duka. Empat orang dinyatakan meninggal dunia karena kerusuhan menjelang pertandingan final antara Irak dan Oman yang digelar di Kota Basra (18/1/2023).
Pertandingan tetap dimainkan dan berakhir dengan kemenangan Irak, skornya 3-2.
Kemenangan ini seharusnya menjadi hal manis bagi Irak, sebab ini pertama kalinya mereka menjadi host Arabian Gulf Cup. Namun, kerusuhan yang terjadi bisa menjadi penghalang untuk impian Irak selanjutnya di dunia sepak bola.
Dilaporkan AP News (19/1), bencana ini bisa berdampak kepada harapan Irak agar Piala dunia 2026 bisa digelar di sana, meski sebagai pertandingan kualifikasi.
Sejak invasi yang dipimpin Amerika Serikat di tahun 2003, Irak baru dua kali menjadi tuan rumah pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Pada 2011 mereka melawan Yordania di Erbil, kemudian pada 2019 melawan Hong Kong di Basra.
Pertandingan-pertandingan lainnya dilaksanakan di negara-negara tetangga seperti Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Sementara, Arabian Gulf Cup ini sebetulnya diharapkan menjadi bukti bahwa Irak adalah negara yang aman.
“Gulf Cup adalah pesan kepada institusi olahraga internasional bahwa Irak adalah negara yang aman, bahwa ia memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menarik turnamen-turnamen,” ujar Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al-Sudani.
Ia pun sempat menyarankan FIFA agar mengizinkan Irak bermain di pertandingan kualifikasi Piala Dunia di tanah air mereka sendiri.
“Pesan paling sederhana yang federasi internasional bisa berikan ke fans Irak adalah mencabut pencekalan internasional pada stadion-stadion Irak,” ucapnya.
Sebelumnya dilaporkan Al Jazeera, jumlah korban meninggal awalnya dilaporkan ada dua orang akibat membludaknya fans yang ingin menonton final Arabian Gulf Cup di Kota Basra. Sekitar 80 orang lainnya terluka dan masih ada yang kritis.
Stadion itu dilaporkan memiliki kapasitas 65 ribu orang. Namun, ada ribuan orang yang dilaporkan datang meski tanpa tiket, walaupun sudah diingatkan agar tidak datang.
Meski demikian, ternyata pemerintah menyediakan zona fans agar orang-orang bisa menonton di pusat kota. Hal itu dilakukan untuk meredakan kemarahan para fans yang tidak bisa mendapatkan tiket.
Sebelumnya jurnalis Al Jazeera menyorot bahwa pemerintah tidak siap menghadapi kedatangan puluhan ribu fans dari berbagai daerah Irak, termasuk dari luar negeri, fasilitas Basra pun dianggap kurang memadai.
Video yang beredar di Twitter menunjukkan lautan manusia yang memenuhi jalanan dan terlihat pula aksi saling dorong.
Ini adalah pertama kalinya Irak menjadi tuan rumah Arabian Gulf Cup sejak 1979.
Menurut laporan Al-Monitor, menjadi tuan rumah Arabian Gulf Cup adalah hal penting bagi Irak untuk menunjukkan bahwa Irak adalah negara yang aman. Sebelum melawan Oman, timnas Irak juga berhasil mengalahkan timnas favorit Arab Saudi. (hanoum/arrahmah.id)