KLATEN (Arrahmah.com) – Maraknya serangan terhadap Islam baik melalui pemikiran, budaya, dan pendekatan sosial di Indonesia menjadi bahan kajian menarik yang dilakukan pemuda Islam untuk menguatkan aqidahnya. Setidaknya begitulah yang diinginkan dari kajian rutin Senin malam (18/6/2012) yang diisi oleh Ustad Fanani bertajuk “Arus permusuhan dari luar terhadap Islam”. Ustadz Fanani berpendapat bahwa arus dari luar, khususnya kafir Barat dalam permusuhannya kepada Islam yang ada di Indonesia mempunyai empat modus atau cara.
Pertama, menurutnya adalah At-Tanshir atau kristenisasi, yang sekarang ini sangat marak sekali dan terjadi di mana-mana. “Bahkan sebuah daerah yang berpenduduk mayoritas Muslim pun, berani mereka garap untuk meng-goal-kan tujuan mereka agar pada tahun 2020 Indonesia bisa menjadi basis Kristen,” kata Ustadz Fanani saat mengisi acara tersebut di Masjid Al Huda, Klaten, Jawa Tengah, Senin (18/6).
Kedua, ialah Al-Istisyroq atau orientalisme, yang menurut Ustadz Fanani, hal itu sudah ada dan terjadi sejak zaman Nabi Muhammad SAW tatkala beliau mengutus utusannya untuk mengirimkan surat-surat kepada para pembesar-besar kaum kafir dan musyrikin agar mereka memeluk Islam sebagai Dien penyelamat di dunia dan akhirat. Yang mana setelah Rasulullah SAW mengutus para utusannya untuk menyeru para pembesar atau raja-raja kafir, mereka malah mengutus mata-matanya untuk mengawasi kota Mekkah dan Madinah serta negeri-negeri yang dikuasai oleh kaum Muslimin.
“Tapi memang, pergerakan orientalis ini baru dirasakan oleh kaum Muslimin beratus abad setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Contoh yang paling nyata dari orientalis ini yaitu Galilea Galileo dan Columbus. Mereka adalah para orientalis yang sangat mahir dan menguasai bahasa Arab,” ujarnya.
Cara yang ketiga ialah, At-Taghrib atau westernisasi. Terkait hal ini, Ustadz Fanani menjelaskan, bahwasanya sasaran westernisasi yang paling nyata dilakukan oleh orang-orang kafir adalah terhadap para wanita, khususnya para Muslimah. Dengaa dalih HAM (Hak Asasi Manusia), mereka menghasut para Muslimah agar tidak begitu saja mau menuruti apa perkataan laki-laki atau suaminya. Atau degan dalih bahwa wanita itu juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh pria.
Laki-laki bisa jadi direktur, maka wanita-pun mestinya bisa. Jadi jangan mau seorang wanita hanya mengurusi urusan sumur, dapur dan kasur. Kalau seperti itu, maka wanita hanya menjadi “budak” bagi kaum Pria. “Inilah kata-kata busuk para pengusung kebebasan atau liberalisme,” tuturnya.
Dan yang terakhir cara kaum kafir merusak akidah umat melalui Al-Ilmaniyyah atau sekulerisme. Ustadz fanani menerangkan bahwa pokok dan inti dari ajaran ini adalah mereka (orang-orang kafir) ingin memisahkan urusan agama dengan negara, atau memisahkan urusan agama dengan urusan dunia. “Padahal kedua-duanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya,” imbuhnya.
Sambungnya, permusuhan orang-orang kafir kepada umat Islam melalui empat modus di atas hanya bisa dilawan dengan kekuatan bersama dari umat Islam. Dan kekuatan umat Islam tidak akan wujud kecuali dengan eratnya ukhuwah Islamiyah.
Jika kita ingin menguatkan ukhuwah Islamiyah maka satu-satunya cara yakni berfikirlah dalam melakukan sesuatu itu dengan pola fikir dan cara Islam, serta yang paling penting adalah jauhi pola pikir atau pemikiran barat sekuler yang sekarang dipraktekkan oleh orang-orang liberal,” pungkasnya. (bilal/fai/arrahmah.com)