KUWAIT (Arrahmah.com) – Emir baru Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah pada Minggu (4/10/2020) bertemu dengan pejabat senior AS, Iran, dan Teluk yang secara terpisah memberikan penghormatan dan belasungkawa atas kematian mantan penguasa negara Teluk Arab itu.
Sheikh Nawaf mengambil alih kekuasaan setelah kematian saudara laki-lakinya, Sheikh Sabah al-Ahmad, Selasa lalu (29/9). Almarhum emir menyeimbangkan hubungan antara tetangga yang lebih besar, Arab Saudi dan Iran, dan menjaga hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat, yang memimpin koalisi yang mengakhiri pendudukan Irak pada 1990-91 di Kuwait.
“Dia akan dikenang sebagai orang hebat dan teman istimewa bagi Amerika Serikat,” kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper dalam komentar yang di-tweet oleh Kedutaan Besar AS selama kunjungannya.
Sheikh Nawaf juga menerima Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang memuji almarhum emir karena mendorong “moderasi dan keseimbangan”, kata media pemerintah.
Sheikh Nawaf (83) diharapkan untuk menegakkan kebijakan minyak dan luar negeri negara anggota OPEC, yang mendorong penahanan regional.
Dia belum menunjuk putra mahkota untuk membantu memandu urusan negara pada saat harga minyak rendah dan COVID-19 telah menghantam keuangan negara dengan latar belakang ketegangan yang berkelanjutan antara Arab Saudi dan Iran.
Emir memiliki waktu satu tahun untuk menunjuk ahli waris, tetapi analis memperkirakan keputusan dalam beberapa minggu mendatang karena anggota senior dinasti al-Sabah berebut posisi. Parlemen harus menyetujui pilihan tersebut.
“Sebuah penunjukan akan mengakhiri kompetisi ini dan mengirimkan sinyal stabilitas,” Dr. Mohamed Alfili, seorang profesor hukum konstitusi di Universitas Kuwait, mengatakan kepada Reuters.
Di antara kandidat yang diperdebatkan adalah Sheikh Nasser Sabah al-Ahmad, mantan menteri pertahanan; Sheikh Nasser al-Mohammad, mantan perdana menteri; dan Sheikh Meshal al-Ahmad al-Jaber, wakil kepala Pengawal Nasional.
Pesaing potensial lainnya adalah Sheikh Mohammed Sabah al-Salem, mantan menteri luar negeri dan satu-satunya kandidat yang sedang dibahas dari cabang keluarga al-Salem yang kurang kuat.
Sumber Kuwait mengatakan Meshal, yang tertua di antara mereka, tampaknya kemungkinan besar akan dinobatkan sebagai putra mahkota.
Penguasa de facto Arab Saudi Putra Mahkota Mohammed bin Salman menelepon Sheikh Meshal pada hari Sabtu (3/10) untuk menyampaikan belasungkawa, media pemerintah melaporkan.
Kuwait memiliki hubungan terdekat tetapi paling kompleks dengan Arab Saudi, yang pada Kamis (1/10) mengirim penasihat kepada Raja Salman, yang menjalani operasi pada Juli, untuk menyampaikan belasungkawa. Beberapa gubernur regional Saudi melakukan perjalanan pada hari Minggu (4/10) untuk melakukan hal yang sama.
Wakil Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, yang juga penguasa Dubai, juga berada di Kuwait. (Althaf/arrahmah.com)