Gambar-gambar embrio yang ditemukan ini telah mengungkap kebenaran menakjubkan di balik ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan perkembangan embrio dengan rinci.
Al-Qur’an disebut sebagai firman Allah dan fakta mengagumkan terkait embrio ini pun mengotentikasi pernyataan tersebut. Al-Qur’an telah menyatakan bahwa embrio adalah ‘alaqah. Apa itu ‘alaqah? Mengapa harus kata ‘alaqah?
Penemuan ini telah menunjukkan kebenaran Al-Qur’an dan kebesaran Allah. Berikut ini merupakan terjemahan penjelasan singkat mengenai kenyataan menakjubkan tersebut, yang dirilis Talk Islam pada Ahad (5/5/2013).
Ayat yang akan kami tunjukkan kepada kalian berasal dari Al-Qur’an yang merupakan firman Tuhan yang tak pernah berubah, yang diwahyukan 1.400 tahun yang lalu.
Mengklaim suatu kitab adalah firman Tuhan, merupakan sesuatu yang berat.
Dan tanpa bukti, ataupun jika sebuah kontradiksi ditemukan dalam kitab itu, maka kitab itu bukan lagi firman Tuhan.
Jadi tanpa menunda-nunda lagi, mari kita uji kitab ini.
Pada Surat Al-Mu’minun ayat 12-14, Allah berfirman dan menjelaskan dengan rinci tentang bagaimana proses penciptaan manusia.
Disebutkan dalam ayat: “Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian, air mani itu kami jadikan ‘alaqah…
Kami akan menerjemahkan kata [‘alaqah] ini nanti.
…lalu ‘alaqah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain…”
Pada abad ke-21, kita bisa dengan yakin mengatakan bahwa ayat ini dengan jelas menjabarkan proses penciptaan manusia dengan benar dan urutannya yang kronologis.
Namun demikian, apa yang kita sorot di sini adalah tahap kedua, yang merupakan perkembangan embrio.
Kata spesifik yang digunakan untuk menjelaskan embrio dalam ayat ini adalah kata ‘alaqah. Kata ‘alaqah ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti 3 hal yang berbeda:
1. gumpalan darah
2. yang menggantung, berarti bergantung pada sesuatu
3. lintah
Sekarang, ketiga definisi ini mungkin terasa tidak ada hubungannya dengan perkembangan embrio manusia. Jadi, mengapa kata ini yang digunakan dan apa hubungannya dengan perkembangan embrio manusia?
Dapatkah embrio didefinisikan sebagai gumpalan darah:
Lihatlah, bagaimana menurut kalian?
Pada perkembangan embrio minggu ke-3, jantung yang bersekat bergabung dengan pembuluh darah membentuk sebuah sistem kardiovaskuler utama.
Dan pada akhir minggu ke-3, darah mengalir, dan jantung mulai berdetak pada hari ke-21.
Berikutnya, hal pertama yang kita pikirkan berkenaan dengan “yang menggantung” adalah tali pusar.
Tapi tali pusar rasanya tidak tepat karena ini baru sampai pada tahap ke-2, sebelum bayinya terbentuk.
Tapi zaman sekarang ternyata kita tahu bahwa tali pusar dibentuk dari batang penghubung, dan batang penghubung benar telah terbentuk pada saat embrio mulai terbentuk.
Batang penghubung dijelaskan oleh John Allan “sebagai objek untuk menggantungkan embrio yang berkembang dalam extra embryonic coelom.”
Jadi, sebuah embrio [benar] menggantung dan menyerupai gumpalan darah.
Tapi… Apa hubungannya sebuah embrio dengan lintah?
Gambar A menunjukkan struktur embrio pada umur 25 hari.
Gambar B adalah gambar seekor lintah:
Dan ini adalah gambar sinar x dari embrio pada umur 22-25 hari:
Ini adalah anatomi dalam seekor lintah:
Hal ini begitu mengejutkan, tapi kalian belum melihat semuanya.
Berikut ini (kiri) adalah gambar kepala embrio pada umur 22 hari. Detail yang kalian lihat ini tak mungkin terlihat dengan mata telanjang, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Dan ini (kanan) adalah bagian belakang dari seekor lintah:
Tak ada kata lain yang dapat mewakilkan ini, kecuali…
LUAR BIASA
Gambar yang kami tunjukkan kepada kalian tak mungkin terlihat dengan mata telanjang atau bahkan diprediksikan oleh pikiran manusia.
Sekali lagi, ayat yang kami tunjukkan kepada kalian diwahyukan lebih dari 1.400 tahun yang lalu kepada seorang pria yang tak dapat membaca ataupun menulis.
Apakah ini firman Tuhan?
Gambaran embrio manusia di dalam Al-Qur’an tidak dapat diketahui berdasarkan ilmu pengetahuan pada abad ke-7.
Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal adalah penjelasan ini diwahyukan kepada Muhammad dari Tuhan.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? [Q.S. Fussilat (41): 53]
(banan/arrahmah.com)