MANDALAY (Arrahmah.com) – Polisi Myanmar mengepung pemukiman Muslim Mandalay ketika ratusan ekstrimis Budha yang membawa pisau, pedang dan bambu menjelajahi kota pada Jum’at (4/7/2014) menyusul kerusuhan yang menewaskan dua orang pada awal pekan ini.
Kekerasan antar-agama telah berkobar di seluruh negeri selama dua tahun terakhir. Memaksa ratusan ribu ummat Islam meninggalkan rumah mereka dan menghadapi kehidupan yang sangat sulit.
Menurut angka resmi, sedikitnya 240 orang telah tewas dan lebih dari 140.000 mengungsi sejak Juni 2012. Sebagian besar korban adalah kaum Muslim Myanmar yang diperkirakan berjumlah 5 persen dari populasi.
Sekitar 300 ekstrimis Budha yang mengendarai sepeda motor di sekitar kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, pada Jum’at (4/7), meneriakkan ancaman pembunuhan.
“Kami akan membunuh semua Muslim,” teriak mereka saat melaju di jalan-jalan kota setelah menghadari pemakaman seorang pria Budha yang tewas ditikam pada Rabu malam.
Seorang pria Muslim juga tewas keesokan harinya saat ia berada dalam perjalanan untuk melaksanakan sholat Subuh.
Polisi mendirikan hambatan dilapisi kawat berduri untuk memblokir jalan-jalan yang menuju pemukiman Muslim dan mencegah massa Budha masuk. Alih-alih menjaga lingkungan, mereka tidak melucuti senjata ekstrimis budha yang berkeliling kota sejak tengah hari, meneriakkan ancaman dan menyanyikan lagu kebangsaan. Seorang pria terlihat tengah membagi-bagikan bambu dari atas sebuah mobil yang diparkir di dekat istana kerajaan, seperti dilaporkan VOA.
Banyak Muslim yang melarikan diri dari lingkungan tersebut setelah kekerasan pecah pada Selasa, mereka pergi ke hotel atau kota-kota terdekat.
Polisi mengatakan 19 orang terluka dalam kerusuhan pada Selasa dan Rabu malam. Jam malam diberlakukan di sana.
Kerusuhan dimulai pada Selasa malam ketika sekitar 300 ekstrimis Budha berkumpul di depan sebuah kedai teh yang dimiliki seorang Muslim yang mereka tuduh memperkosa wanita Budha.
Imam Masjid terbesar di Mandalay mengatakan kepada Reuters bahwa lima Muslim telah ditangkap setelah polisi menggeledah rumah-rumah mereka dan menemukan pisau untuk menyembelih hewan.
“Polisi pasti tahu ini digunakan untuk keperluan upacara,” ujar Ossaman, sang imam. “Mereka tidak melanggar hukum.”
Seorang polisi mengonfirmasi penangkapan itu namun menolak memberikan rincian lebih lanjut dan meminta namanya tidak disebutkan di media. (haninmazaya/arrahmah.com)