YERUSALEM (Arrahmah.id) – Ekstremis Yahudi kembali menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa pada Ahad (26/3/2023) setelah sebelumnya umat Islam diusir dari tempat suci tersebut oleh pasukan “Israel”.
Kelompok ekstremis ini berada di bawah perlindungan pasukan “Israel”.
Penyerbuan Al-Aqsa, dimulai pada Ahad pagi (26/3) di tengah pengusiran sejumlah Muslim dari halaman masjid oleh pasukan “Israel”, Al-Araby Al-Jadeed melaporkan.
Para ekstremis Yahudi melakukan ibadah di situs tersebut, menurut Wakaf Islam – badan yang mengelola Al-Aqsa – lansir kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Insiden ini terjadi setelah polisi menyetujui penyerbuan Al-Aqsa atas instruksi Menteri Keamanan Nasional sayap kanan “Israel”, Itamar Ben-Gvir.
Pada Kamis (23/3), hari pertama Ramadhan, hampir 300 ekstremis menggerebek kompleks tersebut.
Di bawah perjanjian status-quo yang diberlakukan di Al-Aqsa, beribadah di tempat itu hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Umat beragama lain hanya boleh berkunjung.
Ben-Gvir, yang pada Jumat (24/3) mengatakan orang Yahudi “memiliki hak” untuk pergi ke mana pun di Yerusalem, memicu reaksi internasional setelah dia menyerbu kompleks Al-Aqsa pada Januari.
Selain sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam, Masjid Al-Aqsa juga merupakan tempat paling suci bagi umat Islam di Palestina.
Penyerbuan kompleks tersebut pada Ahad terjadi setelah polisi “Israel” mengambil langkah-langkah keamanan yang cukup ketat di gerbang masjid, termasuk mencegah puluhan orang masuk.
Pada Sabtu malam (25/3), pasukan “Israel” menyerbu ruang shalat Al-Qibli di dalam kompleks, secara paksa memindahkan dan menyerang jamaah. Mereka menangkap tiga orang.
Ketua Komite Tertinggi Islam di Yerusalem, Syeikh Ekrama Sabri, memperingatkan adanya kampanye menentang masjid tersebut.
Dia mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa kampanye dimulai pada Sabtu malam (25/3) dengan penyerbuan dan penodaan aula shalat Al-Qibli, sehingga mendesak unjuk rasa di sekitar Al-Aqsa.
Pengacara Khaled Zabarqa mengatakan umat Islam memiliki hak yang sah secara hukum untuk melakukan ‘itikaf’ di Al-Aqsa.
“Itu bukan bantuan dari pendudukan [Israel] dan pasukan ekstremisnya,” katanya.
Kompleks Al-Aqsa, sebagaimana situs suci Muslim dan Kristen lainnya di Yerusalem Timur, sering menjadi sasaran kaum fundamentalis Yahudi. (zarahamala/arrahmah.id)