YERUSALEM (Arrahmah.id) – Ekstremis “Israel” menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Ahad (5/2/2023) di bawah perlindungan polisi, kata sebuah sumber.
Puluhan Yahudi radikal mendatangi situs tersebut dan beribadah di sana, menurut Wakaf Islam, badan yang mengelola Al-Aqsa, kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan.
Peristiwa provokatif ini terjadi meskipun perjanjian status-quo yang telah berlangsung lama hanya membolehkan umat Islam beribadah di dalam kompleks ini sementara non-Muslim hanya diperbolehkan masuk ke dalam kompleks tanpa melakukan ibadah di dalamnya.
Ekstremis “Israel” secara rutin mendatangi situs tersebut, sembari berharap bahwa suatu hari nanti ada kuil Yahudi di bangun di situs ini.
Bulan lalu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan “Israel” Itamar Ben-Gvir mendatangi kompleks Al-Aqsa, kementerian luar negeri Palestina menyebut kehadirannya di situs tersebut sebagai “ancaman serius” dan menuai kecaman internasional.
Palestina khawatir tentang upaya “Israel” untuk membagi Al-Aqsa dalam hal waktu dan ruang yang tersedia untuk digunakan antara Yahudi dan Muslim.
Situs suci Kristen dan Muslim di Yerusalem Timur dan “Israel” sering diserang.
Pada Kamis (2/2), bom molotov dilemparkan ke sebuah masjid di sebuah kota “Israel” yang dibangun di atas tanah bekas desa Palestina.
Insiden itu terjadi di Masjid Sayyidna Ali, yang terletak di Herzilya dekat Tel Aviv, di mana desa Al-Haram pernah berada sebelum penduduknya mengungsi selama Nakba 1948.
Juga pada hari yang sama, seorang turis Yahudi Amerika diduga menjatuhkan patung Yesus di Kota Tua Yerusalem Timur – di mana Al-Aqsa juga berada – , menurut pengunjung gereja.
“Israel” merebut Yerusalem Timur dalam Perang Arab-“Israel” 1967 sebelum mencaploknya pada 1980 dalam langkah yang dikutuk oleh komunitas internasional.
Warga Palestina menganggap daerah itu sebagai ibu kota negara merdeka mereka di masa depan. (zarahamala/arrahmah.id)