DUBAI (Arrahmah.com) – Tiga warga negara India yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA) telah dipecat atau ditangguhkan karena kasus “Islamofobia” di media sosial ketika kekerasan yang dilakukan oleh supremasi Hindu terhadap Muslim India melonjak selama pandemi virus corona.
Ketiga lelaki itu bergabung dengan hampir setengah lusin ekspatriat India lainnya yang mengalami masalah serupa dalam beberapa pekan terakhir setelah jabatan ofensif mereka diperhatikan oleh para pengusaha oleh pengguna media sosial.
Salah satu dari mereka adalah seorang karyawan di restoran Italia kelas atas di Dubai. Pria India itu diyakini telah bekerja sebagai koki. Menurut Gulf News Automation Pneumics yang berbasis di Sharjah juga mengatakan mereka menangguhkan seorang pemilik toko sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Kami telah menahan gajinya dan mengatakan kepadanya untuk tidak datang bekerja. Masalahnya sedang diselidiki. Kami memiliki kebijakan toleransi nol. Siapa pun yang dinyatakan bersalah menghina atau menunjukkan penghinaan terhadap agama seseorang harus menanggung akibatnya,” kata pemilik perusahaan.
Orang ketiga yang dipekerjakan oleh Grup Transguard yang berbasis di Dubai mengatakan mereka telah menindak seorang karyawan yang telah memposting beberapa pesan anti-Islam di halaman Facebook-nya dengan nama Vishal Thakur.
“Setelah penyelidikan internal dan identitas dari karyawan tersebut diverifikasi, ia diberhentikan dari pekerjaan kami dan diserahkan kepada otoritas terkait sesuai kebijakan perusahaan dan Undang-Undang Kejahatan Dunia UEA No. 5 tahun 2012. Pada pernyataan ini, ia berada dalam tahanan Polisi Dubai,” kata juru bicara Transguard dalam sebuah pernyataan kepada Gulf News.
Pemecatan ini terjadi setelah meningkatnya permusuhan anti-Muslim di seluruh India oleh para supremasi Hindu. Serangan semacam itu telah meningkat selama penyebaran pandemi virus corona karena umat Hindu yang setia kepada pemerintah BJP yang berkuasa di sayap kanan Perdana Menteri Narendra Modi menyalahkan umat Islam atas penyebaran virus tersebut.
Modi sendiri dilarang dari AS karena perannya dalam kerusuhan Gujarat 2002 yang menewaskan lebih dari 1.000 Muslim. Para pendukungnya menjuluki virus “corona jihad” dan menyebarkan tuduhan palsu bahwa pandemi ini adalah konspirasi oleh Muslim untuk menginfeksi dan meracuni umat Hindu.
Penduduk Teluk bereaksi dengan meluncurkan kampanye untuk mengusir ekspatriat India yang bersimpati dengan para ekstremis Hindu. Pada bulan April, seorang syeikh Saudi menanggapi dengan mendesak pemerintah di Timur Tengah, terutama Teluk, untuk menekan siapa pun yang menunjukkan simpati dengan ideologi Hindu ekstremis.
(fath/arrahmah.com)