(Arrahmah.com) – Sejak kejadian serangan Paris, umat Islam minoritas di negara-negara Barat kerap dikait-kaitkan dengan eksistensi kelompok “Daulah Islamiyah” atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dan diposisikan di bawah pengawasan. Umat Islam pun dituduh telah mengikuti ajaran yang tidak sesuai dan tidak bisa ditempatkan di Barat.
Menanggapi isu ini, dua pemuda Youtuber asal Belanda, Sacha Harland dan Alexander Spoor, bertanya-tanya bagaimana dengan ajaran Kristen sendiri, agama yang mempunyai pengaruh besar di Barat.
Mereka pun melakukan sebuah eksperimen sosial dengan memancing penilaian masyarakat non-Muslim terhadap beberapa ayat dari kitab Bibel yang dinilai “ekstrim” dan dianggap berbeda dengan norma-norma di Barat.
Dalam video yang diunggah pada Jum’at (4/12/2015) di saluran “Dit is Normaal” ini, dua pemuda itu bereksperimen dengan menandai dan membacakan sejumlah ayat “ekstrim” dari Bibel kepada beberapa partisipan penganut Kristen yang mereka temui di jalan.
Di antara ayat Bibel tersebut berbunyi:
“Seorang perempuan harus diam mendengarkan dan patuh sepenuhnya.”
“Jika kau menolak perintahku dan membenci hukum-Ku, kau akan memakan daging anak laki-laki dan anak perempuanmu.”
“Aku tidak mengizinkan seorang perempuan untuk memimpin.”
“… Kau harus memotong tangan mereka.”
“… Jangan memaafkan mereka.”
“Jika dua orang laki-laki ‘tidur’ bersama, maka keduanya harus dibunuh.”
Namun sebelum membacakan terjemah ayat-ayat tersebut, Sacha dan Alexander telah terlebih dahulu mengganti sampul Bibel itu dengan sampul Al-Qur’an.
Setelah dibacakan beberapa ayat “ekstrim” di atas, para partisipan diminta berpendapat mengenai ayat-ayat tersebut. Kebanyakan mereka menunjukkan reaksi terkejut dan ngeri, lantas mulai berkomentar dengan Islamofobia seakan mereka baru saja mendengar terjemah ayat-ayat Al-Qur’an.
Seorang pemuda di antara para partisipan berkomentar, “Ini adalah hal yang bodoh.”
“Ya, aku tidak tahu hal seperti itu ada juga di kitab (“Al-Qur’an”) ini. Memotong tangan orang, itu memang cara mereka, tapi aku tidak percaya…” ungkap seorang wanita Kirtiani yang merasa dirinya baru saja mendengar terjemah ayat Al-Qur’an.
“Bagaimana bisa seseorang mengimani hal seperti ini? Sulit dipercaya,” kata seorang wanita paruh baya lainnya.
“Jika kau tumbuh bersama kitab ini dan pemikiran sejenisnya, itu akan mempengaruhimu,” kata seorang pria yang juga mengira baru saja mendengar terjemah ayat Al-Qur’an.
Seorang wanita tua berkata usai mendengar ayat-ayat “ekstrim” itu, “Bagiku itu terdengar seperti mereka ingin memaksa dan mengekangmu untuk meyakini kepercayaan mereka.”
Sacha dan Alexander kemudian bertanya apa perbedaan kitab itu dengan Bibel mereka. Beberapa dari mereka berkomentar bahwa “Al-Qur’an” begitu agresif dan penuh kekerasan. Bahkan ada yang mengklaim merasa risih karena ada orang (Muslim) yang menganggap “Al-Qur’an” sebagai kebenaran hakiki.
Setelah mendengar komentar para partisipan yang mengira ayat-ayat itu berasal dari Al-Qur’an, Sacha dan Alexander pun memberitahu mereka bahwa apa yang baru saja mereka dengar bukanlah ayat-ayat “ekstrim” Al-Qur’an, melainkan ayat-ayat “ekstrim” yang terdapat di dalam Bibel, bersampul “Al-Qur’an”.
(banan/arrahmah.com)