WASHINGTON (Arrahmah.id) — Pensiunan Jenderal Amerika Serikat (AS) Jack Keane mengatakan pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden harus menjauh dari perang darat Israel melawan kelompok perlawanan Palestina Hamas yang sedang berlangsung di Gaza. Keane membahas perang Israel-Hamas di tengah ketegangan hubungan Biden dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Israel tidak ingin mengubah kampanye darat mereka. Saya berharap pemerintah tidak menggunakan taktik bagaimana melakukan operasi ini. Ini adalah tujuan perdana menteri dan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk mencoba menghancurkan Hamas,” kata Keane kepada Neil Cavuto dari Fox News (27/1/2024).
Perpecahan dalam pemerintahan Biden dan Netanyahu mengenai cara Israel menangani perangnya dengan Hamas, serta penolakan Netanyahu untuk mempertimbangkan usulan AS terkait Gaza pascaperang, semakin jelas sejak kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken ke Israel pekan lalu.
“Pertama-tama, menurut saya mereka tidak punya pengalaman, dan kedua, menurut saya ini memang tujuan perdana menteri dan IDF untuk mencoba menghancurkan Hamas. Itu tentu saja merupakan aspirasi yang sulit dicapai, tapi mereka tahu betul bahwa Israel menginginkan kemenangan militer sepenuhnya. Apa yang diinginkan Hamas, mereka hanya ingin bertahan,” papar Keane.
Kekhawatiran lebih lanjut mengenai perang tersebut telah meningkat sejak pengadilan tinggi PBB mengeluarkan serangkaian perintah pada hari Jumat kepada Israel untuk melindungi warga Palestina di Gaza guna mencegah genosida di sana.
Israel membantah tuduhan genosida dan mengeklaim tindakannya untuk membela diri.
Netanyahu juga dilaporkan telah memberi tahu Gedung Putih bahwa dia menentang pembentukan Negara Palestina pascaperang. Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Netanyahu mengatakan kepada Amerika bahwa dia tidak hanya menolak pendirian Negara Palestina, namun juga berjanji untuk melanjutkan serangan militer sampai Israel “menyadari kemenangan yang menentukan atas Hamas.”
Jon Hoffman, analis kebijakan luar negeri di Cato Institute, sebelumnya mengatakan kepada Newsweek melalui email bahwa pernyataan Netanyahu bermasalah karena berbagai alasan.
Dia mengatakan tujuan PM Israel untuk mencapai “kemenangan yang menentukan atas Hamas” tidak hanya tidak jelas, tetapi juga hampir mustahil.
“Melalui pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan menghilangkan segala prospek negosiasi politik, Israel lebih cenderung menanam benih perlawanan bersenjata di masa depan daripada menurunkan kemampuan militer atau posisi politik Hamas,” kata Hoffman. (hanoum/arrahmah.id)