BEIRUT (Arrahmah.com) – Apotek melakukan pemogokan dan pompa bensin menjatah bahan bakar yang langka pada Kamis (18/3/2021) di seluruh Libanon saat kemarahan publik atas keruntuhan ekonomi yang semakin cepat meningkat, dengan sedikit tanda diakhirinya kebuntuan politik tingkat tinggi.
Politisi sejak akhir 2019 gagal menyetujui rencana penyelamatan untuk menerima bantuan asing yang sangat dibutuhkan Libanon.
“Kami benar-benar melihat jurang yang dalam, melihatnya dengan sangat jelas, dan saya pikir sekarang atau tidak sama sekali,” kata Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center, menyinggung kegagalan berkepanjangan untuk membentuk pemerintahan baru yang mampu meluncurkan reformasi .
Dia menambahkan partai politik utama, termasuk sekutu Presiden Michel Aoun, gerakan “Hizbullah” yang didukung Iran, mengevaluasi kembali posisi mereka karena penundaan memperburuk kejatuhan ekonomi dan kerusuhan tumbuh, lansir Al Jazeera (18/3).
Aoun mengatakan kepada Saad al-Hariri, yang ditunjuk sebagai penjabat perdana menteri pada bulan Oktober, untuk membentuk pemerintahan baru segera atau memberi jalan bagi orang lain, pada Rabu (17/3).
Al-Hariri membalas dengan memberi tahu Aoun jika dia tidak dapat menyetujui susunan kabinetnya, maka presiden harus mengadakan pemilihan awal.
Keduanya bertemu lagi pada Kamis, menimbulkan spekulasi tentang apakah akan ada terobosan setelah perselisihan antar faksi berbulan-bulan.
Menyusul pertemuan tersebut, Hariri mengatakan bahwa membentuk pemerintahan yang dapat berhubungan kembali dengan IMF adalah satu-satunya cara untuk menghentikan keruntuhan keuangan negara.
Hariri’s mengatakan pertemuan lebih lanjut dijadwalkan pada Senin dan bahwa dia melihat “peluang untuk dimanfaatkan”, katanya kepada wartawan dengan nada yang lebih positif.
“Prioritas utama dari setiap pemerintah adalah untuk mencegah keruntuhan yang kita hadapi saat ini, bahwa kita melanjutkan untuk mulai menghentikan keruntuhan dengan IMF dan mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat internasional,” tambahnya.
Pound Libanon telah tenggelam hingga 90 persen dalam krisis terburuk negara itu sejak perang 1975-90. Ini telah menjerumuskan banyak orang ke dalam kemiskinan dan membahayakan impor utama karena dolar semakin langka.
Seorang diplomat Prancis mengatakan pada Rabu bahwa Prancis, yang telah memimpin upaya bantuan ke bekas jajahannya, dan mitra internasionalnya akan berusaha untuk meningkatkan tekanan pada politisi Lebanon dalam beberapa bulan mendatang. (haninmazaya/arrahmah.com)