WASHINGTON (Arrahmah.id) – Perekonomian seputar produk halal –yang memenuhi standar Islam– memiliki masa depan yang sangat cerah, menurut seorang ekonom yang berbasis di AS.
Sebagian besar “ekonomi halal” ada di sektor keuangan, tetapi bagian non-keuangan juga harus diperluas, kata Mohammad Kabir Hassan, seorang ekonom di Universitas New Orleans, kepada Anadolu.
Ini adalah ekonomi senilai $6 triliun tetapi sebagian besar adalah keuangan Islam- sekitar $4 triliun. Jadi, kita benar-benar perlu memperluas bagian non-finansial dari ekonomi halal.
Ekonomi halal adalah konsep yang lebih besar, mencakup banyak bidang seperti tekstil, kosmetik, dan produk medis, kenangnya.
Manfaat produk dan layanan halal harus diiklankan kepada masyarakat, tambahnya.
Tentang posisi Türki, dia berkata: “Ekonomi halal Turki bisa menjadi semacam panutan bagi seluruh dunia Muslim.”
Dia juga mengatakan Türki memiliki ekonomi yang sangat beragam, mengekspor ribuan produk ke 200 negara berbeda,
Türki memiliki “sejarah yang kaya” dan “pemimpin yang sangat dinamis,” catat ekonom tersebut.
Menyinggung model ekonomi baru negara berdasarkan investasi, produksi, lapangan kerja, dan ekspor, ia mengatakan model tersebut harus terintegrasi dengan konsep keuangan Islam dan ekonomi halal.
“Kita perlu menuju ke pembiayaan berbasis nol bunga,” tambahnya.
Mengkritik kebijakan ekonomi lama yang ada, dia berkata: “Setiap kali inflasi naik, Anda menaikkan suku bunga. Ya, Anda menurunkan inflasi, tetapi Anda juga berakhir dengan resesi.”
“Dan kemudian, Anda menurunkan suku bunga lagi, lalu ekonomi naik, jadi ini solusi sementara.” (haninmazaya/arrahmah.id)