(Arrahmah.com) – Sepekan jelang masa pencoblosan dimulai pada 17 April 2019, konstelasi politik dengan cepat berganti. Gelombang dukungan diberikan oleh sejumlah ulama kepada pasangan Capres nomor urut 2, Prabowo-Sandiaga. Dukungan itu disampaikan oleh Ustadz Abdul Shomad, Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Adi Hidayat hingga Aa Gym.
Umat merespon dengan gempita. Bak api disiram bensin, video dukungan dengan cepat menjalar dari satu grup percakapan ke grup lain. Viral di media sosial. Ramai dibicarakan di pasar, di warung kopi, di pusat perbelanjaan, di sekolahan, di mana-mana.
Gelombang dukungan ulama di menit-menit terakhir ini laksana palu godam yang menghantam kubu petahana. Dulu, Lembaga survei LSI milik Denny JA pernah menyebut bahwa Jokowi akan menang bila Ustadz Abdul Shomad (UAS) netral dan tak berpihak pada salah satu Capres. Bahkan, sejumlah media pendukung petahana pernah mengklaim bahwa UAS akan mendukung Jokowi setelah beliau sowan kepada Mbah Kyai Maimoen Zoebair.
Kini, setelah UAS menyatakan dukungannya secara resmi kepada Prabowo Subianto, LSI milik Denny JA keluarkan opini bernada tendensius. Menurutnya, mayoritas pemilih Muslim (diklaim sebanyak 65,7%) menghendaki UAS netral dalam gelaran Pilpres.
Denny JA bahkan menyebut ada dua kerugian bagi UAS setelah memilih dukung Prabowo. Pertama, UAS akan ditinggal simpatisannya dan tak ada gerbong baru yang bisa ditarik, karena mayoritas pemilih Prabowo adalah pemilih Muslim. Kedua, persona UAS sebagai kyai yang peduli agama akan terganggu karena ikut dalam urusan politik.
Tudingan Denny JA jelas keliru. Sebagaimana surveinya di Pilkada DKI Jakarta yang keliru memenangkan Ahok dari Anies. Dukungan UAS terhadap Prabowo justru akan membantu para swingvoters yang semula belum punya pilihan dan masih ragu jadi yakin memilih Capres 02. Artinya umat Islam yang semula golput dan tak punya pilihan pun jadi akan mencondongkan pilihannya kepada Capres pilihan ulama.
Sementara tudingan persona UAS yang akan luntur karena ikut dalam urusan politik jauh tak berdasar. Sebab, Wakil Presiden pilihan Jokowi juga tak lain berasal dari kalangan ulama. Seharusnya, Denny JA lebih mengkhawatirkan nasib Kyai Ma’ruf Amin yang terjun bebas dari kursi majelis ulama ke gelanggang politik praktis.
Ironisnya, meski kerap melayangkan narasi tak butuh suara umat Islam, kubu petahana bereaksi dengan panik atas dukungan para ulama. Pasca dukungan UAS kepada Prabowo, sejumlah akun tokoh diretas. Akun Twitter dan Whatsapp milik Said Didu, mantan Sekretaris BUMN era Jokowi diambil alih dan menyebarkan fitnah terhadap UAS. Sebelumnya, akun milik Dahlan Iskan, yang juga mantan Menteri BUMN era Jokowi diretas. Pasalnya, Dahlan terang-terangan dukung Prabowo.
Fitnah yang dilontarkan terhadap UAS sebenarnya fitnah recehan. Kontennya pun itu-itu saja. Tak jauh dengan modus operandi yang dilancarkan kepada Habib Rizieq. Umat jelas tak mudah percaya. Model pembusukan semacam itu justru semakin menambah kecintaan umat kepada ulama dan memantik kemarahan rakyat terhadap pemerintah. Pasalnya, pemerintah tak terlihat berupaya apapun terhadap segala macam fitnah dan kriminalisasi yang dilakukan terhadap tokoh agama.
Di detik-detik terakhir pencoblosan Pilpres 2019 ini, kita dipertontonkan oleh dua perlombaan. Lomba rebut restu ulama dan balapan siapa yang paling keji dalam memfitnah ulama. Anda tahu siapa pemenangnya. (Fajar/Arrahmah.com)