(Arrahmah.com) – Besarnya kebutuhan manusia terhadap rasa aman dan tenteram menunjukkan betapa besar peran dzikir bagi manusia. Sebab itu adalah penawar jiwa yang paling utama.
Seperti pada firman Allah subhanahu wa ta’ala:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah–lah hati menjadi tenteram.” (QS. al-Ra’d [13]: 28)
Dalam sebuah hadis disebutkan, suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul bersama para sahabat. Lalu beliau bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بـِخَيرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِندَ مَلِيكِكُم وَأَرْفَعِها فِي دَرَجَاتِكُم وَخَيرٍ لَكُمْ مِن إنفَاقِ الذَهَبِ وَالفِضَّةِ، وَخَيرٍ لَكُمْ مِن أنْ تَلْقَوا عَدُوَكُم فَيَضرِبُ أَعْنَاقَكُم وَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُم قَالُوا: بَلَى يارَسُولَ اللهِ قَالَ: ذِكْرُ اللهِ
“Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu daripada berinfak dengan emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Serempak para sahabat berkata, “Mau, wahai Rasulullah!” Beliau pun bersabda, “Dzikir kepada Allah.” (HR at-Tirmidzi).
Hadits di atas tidaklah berarti meremehkan amalan jihad di jalan Allah ataupun amal-amal saleh selain dzikir. Tetapi, Rasulullah hanya menunjukkan betapa dzikir merupakan asas yang sangat urgen penuh dengan keutamaan.
Perintah Untuk Memohon Perlindungan dari Musibah dan Takdir Buruk
Memang benar, setiap ujian dan musibah adalah rahasia takdir yang telah Allah gariskan semenjak zaman azali, bahkan ujian merupakan wasilah bagi seorang mukmin untuk mengasah serta meningkatkan keimanan. Tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui apa yang akan menimpanya esok hari. Walaupun demikian, bukan berarti kita dilarang untuk berlindung dari musibah dan takdir buruk. Bahkan syariat Islam yang penuh hikmah ini memerintahkan kepada umatnya agar senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai musibah serta dari takdir yang buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” (HR. Bukhari: 6616)
Dzikir Dan Doa Memohon Perlindungan dari Bahaya
Dari sekian banyak dzikir yang penuh dengan keutamaan ini, ada sebagian dzikir yang Allah jadikan wasilah bagi hambanya untuk berlindung dari berbagai bahaya dan musibah. Di antaranya adalah sebagai mana disebutkan dalam beberapa hadis berikut:
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang menyaksikan orang yang terkena musibah, kemudian mengatakan:
اَلْـحَمْدُ للهِ الَّذِي عَافَانِي مِـمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِـمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً
(segala puji bagi Allah yang telah menghindarkanku dari musibah yang menimpamu, serta memberikan kelebihan kepadaku atas sekian banyak ciptaan-Nya), niscaya Allah akan menghindarkannya dari musibah tersebut sepanjang hayatnya, walau bagaimanapun keadaannya” (HR. Tirmidzi: 3431 dan Ibnu Majah: 3898)
Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barang siapa yang mengatakan
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang memudharatkannya” (HR. Abu Daud: 5088, dan Tirmidzi: 3388)
Dari Khaulah binti Hakim, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang singgah di sebuah tempat kemudian ia mengatakan,
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya) niscaya tidak akan ada yang memudharatkannya” (HR. Tirmidzi: 3437, dan An Nasai: 5433)
Dari Sa’ad bin Abi Waqash mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Doa yang dipanjatkan oleh Dzun Nun (Nabi Yunus) ‘alaihissalaam tatkala berada di dalam perut ikan besar adalah:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِـمِينَ
(Ya Allah, Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya adalah termasuk orang-orang yang zhalim)
Tidaklah seorang muslim terkena musibah kemudian berdoa dengannya, melainkan Allah akan akan mengabulkan keinginannya” (HR. Tirmidzi: 3505)
Allah abadikan kisah Nabi Yunus ‘alahissalaam di dalam Al Quran Surat Ash Shoffat ayat 143-144 :
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Maka jika sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS. Shafat: 143)
Dari Abdullah bin Hubaib mengatakan:
خَرَجْنَا فِي لَيلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ النَبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا ، فَأَدرَكْنَاه فَقَالَ : قُلْ ، فَلَمْ أَقُلْ شَيئًا ، ثُمَّ قَالَ: قُلْ ، فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ، ثُمَّ قَالَ : قُلْ ، فَقُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ مَا أَقُولُ ؟ قَالَ : قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدُ وَالـمُعَوِّذَتَينِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاثَ مَراتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيءٍ
Pada suatu malam saat turun hujan dan malam begitu pekat kami keluar mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau bersedia shalat bersama kami. Kamipun menemukan beliau, beliau bersabda: ”Bacalah!” Tetapi aku hanya diam. Kemudian beliau mengatakan lagi, “Bacalah!” Tapi aku masih tetap diam. Kemudian beliau memerintahkan lagi, “Bacalah!” Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku baca?” Beliau bersabda, “Bacalah Al Ikhlas dan Mu’awwidzatain (An Naas dan Al Falaq) di waktu sore dan pagi hari tiga kali, niscaya ia mencukupimu dari segala sesuatu” (HR. Abu Daud: 5082, dan Tirmidzi: 3575)
Apa faidah berdoa sementara takdir tidak mungkin ditolak?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh Imam Nawawi di dalam kitab Al adzkar. Beliau menukilkan perkataan Imam Ghazali yang mengatakan, ‘Ketahuilah, sejatinya menolak musibah dengan doa adalah termasuk takdir Allah. Doa merupakan sebab untuk menolak musibah dan sekaligus sebab terwujudnya rahmat. Hal ini bagaikan perisai yang merupakan sebab untuk menangkis senjata atau air yang merupakan sebab tumbuhnya tanaman dari dalam bumi. Sebagaimana perisai dan anak panah yang saling menyerang dan menahan, demikian pula halnya doa dan musibah. Dan dalam mengakui takdir, tidak disyaratkan untuk meninggalkan senjata saat perang. Allah berfirman:
وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُم وَأَسْلِحَتِهِمْ
“Hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka.” (QS. An Nisaa:102)
Betul, Allah telah menakdirkan segala sesuatu, namun Allah jualah yang telah menakdirkan sebab-sebabnya.
Berikutnya, yang juga termasuk faidah dari doa adalah hadirnya hati dan rasa butuh kepada Allah. Keduanya merupakan puncak akhir dari pengahambaan diri dan makrifat kepada Allah. Wallahu a’lam.”
Demikian tulisan singkat ini, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan Adzakirinallah (orang yang banyak berdzikir kepada Allah). Shallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi ajma’in.
Sumber: Muslim.or.id
(fath/arrahmah.com)