ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan negara-negara dunia lainnya pada Kamis (28/2/2019) mendesak Pakistan dan India untuk menahan diri di tengah ketegangan yang meningkat pasca serangan udara yang dilakukan sebagai pembalasan atas pemboman bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 44 polisi paramiliter India di Kashmir pada 14 Februari lalu.
Keduanya saling bertukar tembakan singkat di sepanjang perbatasan yang diperebutkan di Kashmir pada Kamis pagi (28/2), sehari setelah negara berkekuatan nuklir itu menjatuhkan jet tempur India dan Pakistan menangkap seorang pilot India.
Meski demikian, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, telah menyerukan pembicaraan.
“Sejarah memberi tahu kita bahwa perang penuh dengan kesalahan perhitungan. Pertanyaan saya adalah, mengingat senjata yang kita miliki, dapatkah kita melakukan kesalahan perhitungan tersebut,” kata Khan dalam siaran singkat televisi yang disiarkan ke negara itu. “Kita harus duduk dan berdialog.”
Pakistan dan India telah bertempur tiga kali sejak kemerdekaan mereka dari kekuasaan kolonial Inggris pada 1947, dua di antaranya di atas Kashmir, dan hampir mencapai yang keempat pada 2002 setelah serangan gerilyawan Pakistan ke parlemen India.
Pakistan telah menutup wilayah udaranya, memaksa maskapai penerbangan komersial untuk mengalihkan rute. Thai Airways International mengumumkan pada Kamis (28/2) bahwa mereka telah membatalkan penerbangan ke Pakistan dan Eropa, yang menyebabkan ribuan penumpang terdampar di Bangkok.
Pada Kamis (28/2) pagi pasukan dari India dan Pakistan secara singkat bertukar tembakan di Poonch, sebuah distrik di Kashmir yang diduduki India, menurut sebuah pernyataan dari tentara India.
“Tentara India membalas dengan keras dan efektif,” kata Letnan Kolonel Devender Anand, juru bicara kementerian pertahanan India.
Penembakan, yang diklaim India diprakarsai oleh Pakistan ini bermulai tepat setelah pukul 06.00 waktu setempat, berlangsung sekitar satu jam dan secara signifikan lebih rendah daripada tembakan artileri antara kedua pihak sehari sebelumnya. Tidak ada korban yang dilaporkan dalam bentrokan terakhir.
India sedang membangun lebih dari 14.000 bunker untuk keluarga yang tinggal di sepanjang perbatasannya dengan Pakistan di negara bagian Jammu dan Kashmir, berharap untuk menjaga mereka agar aman di dekat rumah mereka alih-alih mengevakuasi mereka karena tembakan artileri.
Pada Rabu malam (27/2), kementerian luar negeri India menyerahkan berkas ke Pakistan bahwa mereka mengklaim memiliki data kamp-kamp Jaish-e-Mohammad yang berbasis di Paskistan yang melakukan serangan 14 Februari.
Masalah internasional
Eskalasi terbaru menandai kemunduran tiba-tiba dalam hubungan antara kedua negara. Baru-baru ini pada bulan November, Khan berbicara tentang “memperbaiki hubungan” dengan India.
Gedung Putih mendesak “kedua belah pihak untuk mengambil langkah segera untuk mengurangi ketegangan.”
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia telah berbicara secara terpisah dengan para menteri luar negeri India dan Pakistan dan mendesak mereka untuk “memprioritaskan komunikasi langsung dan menghindari kegiatan militer lebih lanjut”.
Utusan Pakistan untuk Amerika Serikat, Asad Majeed Khan, mengatakan Islamabad ingin melihat pemerintahan Trump memainkan peran yang lebih aktif dalam meredakan krisis.
Pada saat yang sama, ia mengatakan kurangnya kecaman AS atas serangan India terhadap Pakistan “ditafsirkan dan dipahami sebagai dukungan terhadap posisi India, dan itulah yang membuat mereka semakin berani”.
Cina, Uni Eropa dan negara-negara lain termasuk Iran juga menyerukan keduanya untuk menahan diri.
Diplomat tinggi pemerintah Cina, Wang Yi, berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi dan menyatakan “keprihatinan mendalam”, kata kementerian luar negeri Cina dalam sebuah pernyataan pada Kamis (28/2).
Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis mengusulkan Dewan Keamanan PBB memasukkan kepala Jaish-e-Mohammad yang berpusat di Pakistan, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan 14 Februari itu, ke dalam daftar hitam terorisme. Cina kemungkinan akan menentang langkah tersebut.
Penerbangan dibatalkan
Thai Airways mengatakan telah membatalkan lebih dari selusin penerbangan ke Eropa karena keputusan Pakistan tersebut, bersama dengan semua penerbangan ke dan dari negara itu.
Beberapa maskapai termasuk Emirates dan Qatar Airways, menangguhkan penerbangan ke Pakistan pada Rabu (27/2), sementara yang lain seperti Singapore Airlines dan British Airways terpaksa mengalihkan rute penerbangan.
Singapore Airlines mengatakan pada Kamis (28/2) semua penerbangan yang menuju Eropa akan berlanjut sesuai rencana, menghindari wilayah udara yang terkena dampak sebagaimana diperlukan.
Penerbangan dari Timur Tengah dan India juga terpengaruh. Air Canada mengatakan pada Rabu (27/2) bahwa mereka telah menangguhkan sementara layanan ke India.
Buruh migran melarikan diri dari Jammu dan Kashmir India dan kedatangan turis jatuh karena konflik, sangat merugikan bisnis di wilayah Himalaya yang dikenal karena keindahan pemandangan dan panen buah-buahannya. (Althaf/arrahmah.com)