TRIPOLI (Arrahmah.com) – Rezim brutal Libya kini tengah menghadapi kecaman internasional setelah melakukan tindakan brutal terhadap para demonstran anti-pemerintah saat korban tewas dari revolusi di negara tersebut meningkat tajam.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengatakan pada Rabu (23/2/2011) bahwa 27 anggota telah memutuskan untuk menghentikan pembicaraan dengan Libya dalam Persetujuan Kerangka Kerja dan berjanji akan mengambil tindakan lebih lanjut dalam menganggapi kekerasan terhadap sipil Libya.
Dewan Keamanan PBB juga mengutuk tindakan keras terhadap pendemo Libya dan menuntut dengan segera mengakhiri kekerasan penindasan terhadap demonstrasi damai yang menentang rezim Gaddafi.
Sebuah pernyataan dari 15 anggota dewan menyeru mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap demonstran untuk dibawa ke pengadilan dan mengatakan rezim Libya harus memenuhi tuntutan rakyat.
Uni Afrika juga mengecam tindakan keras terhadap penduduk sipil Libya, mereka meminta untuk mengakhiri penindasan terhadap demonstran.
Hal ini datang setelah Gaddafi bersumpah akan melawan revolusi dan akan tetap mencengkram kekuasaannya yang telah ia pegang selama empat dekade.
Sebanyak 1.000 sipil Libya dilaporkan telah tewas oleh pasukan yang loyal kepada pemerintah. Namun sebuah laporan menyatakan bahwa jumlah korban sebenarnya melebihi angka 10.000.
Sebanyak 130 tentara Libya telah dieksekusi karena menolak memenuhi perintah Gaddafi untuk menembaki para pendemo anti-Gaddafi. (haninmazaya/arrahmah.com)