JENEWA (Arrahmah.id) – Meningkatnya suhu dan efek perubahan iklim terkait cuaca dapat memicu rekor jumlah infeksi demam berdarah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan.
Negara-negara di seluruh dunia pekan ini menyaksikan rekor suhu tertinggi, dengan Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan pihaknya memperkirakan suhu di Amerika Utara, Asia, Afrika Utara, dan Mediterania melonjak di atas 40 Celcius (104 Fahrenheit).
“Pemanasan global yang ditandai dengan suhu rata-rata yang lebih tinggi, curah hujan, dan periode kekeringan yang lebih lama, dapat memicu rekor jumlah infeksi dengue di seluruh dunia,” WHO memperingatkan pada Jumat (21/7/2023), saat suhu di seluruh dunia terus meningkat. Seorang ilmuwan NASA mengatakan Juli akan menjadi bulan terpanas dalam “ribuan tahun”, lansir Al Arabiya (22/7).
Demam berdarah adalah infeksi virus yang paling umum dan menyebar dari nyamuk ke manusia. Kebanyakan orang yang tertular infeksi menderita gejala ringan dan sembuh dalam satu hingga dua pekan, tetapi bagi yang lain, infeksi dapat berkembang dan menjadi parah, dan dalam kasus tertentu berakibat fatal.
Pada 2022 tercatat lebih dari 2,4 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia, meningkat delapan kali lipat dibandingkan tahun 2000 ketika ada sekitar setengah juta kasus, Dr. Velayudhan mengatakan kepada wartawan pada briefing di PBB di Jenewa pada Kamis.
Asia memiliki jumlah kasus tertinggi dengan sekitar 70 persen dari semua kasus yang tercatat, kata pakar tersebut.
“Banyak faktor selain perubahan iklim yang [juga] mendorong penyebaran demam berdarah, seperti peningkatan pergerakan orang dan barang, urbanisasi, dan tekanan pada air dan sanitasi,” tambah WHO di situs webnya. (haninmazaya/arrahmah.id)