ISTANBUL (Arrahmah.com) – Setelah beberapa minggu menyangkal, Saudi untuk pertama kalinya menegaskan bahwa jurnalis Jamal Khashoggi terbunuh dalam konsulatnya di Istanbul, Turki.
Kerajaan mengklaim pada Sabtu (20/10/2018) bahwa kolumnis Washington Post itu meninggal setelah “perkelahian” di dalam gedung dan 18 warga Saudi ditangkap atas pembunuhan itu.
Khashoggi, seorang kritikus Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, hilang pada 2 Oktober setelah memasuki konsulat di Istanbul untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahannya.
Para pejabat Saudi sebelumnya membantah Khashoggi telah terbunuh dan dimutilasi di dalam fasilitas diplomatik, bersikeras bahwa dia telah meninggalkan gedung sebelum menghilang.
Ini adalah reaksi dari beberapa pihak terkait dengan pengumuman Saudi tentang kematian Khashoggi, seperti dilansir Al Jazeera pada Sabtu (20/10).
Amnesti Internasional
Amnesti Internasional mengatakan “ketidakberpihakan” dari penyelidikan Saudi terhadap pembunuhan Khashoggi tetap dipertanyakan setelah pihak berwenang di kerasaan mengatakan penulis tersebut meninggal setelah “berkelahi” di konsulat.
Rawya Rageh mengatakan pada Sabtu (20/10) bahwa kelompok hak asasi manusia dan organisasi lainnya telah sangat jelas, bahwa apa yang dibutuhkan adalah “penyelidikan independen dan tidak memihak oleh PBB untuk mencari tahu apa yang terjadi dan menjamin keadilan bagi Khashoggi”.
PBB
Antonio Guterres, Sekjen PBB sangat terganggu oleh konfirmasi Riyadh tentang kematian Khashoggi, menurut juru bicaranya.
Kepala PBB tersebut menyeru penyelidikan “cepat, menyeluruh, transparan” terkait pembunuhan dan mendesak tanggung jawab penuh bagi mereka yang terlibat.
“Sekjen sangat terganggu oleh konfirmasi kematian Jamal Khashoggi. Ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman Khashoggi,” ujar Guterres dalam sebuah pernyataan.
Gedung Putih
Sebelumnya, juru bicara Sarah Sanders mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Washington mengetahui pengumuman Arab Saudi erat dan terus mengikuti perkembangan.
“Kami akan terus mengikuti penyelidikan internasional terkait insiden tragis ini dan menyeru keadilan yang tepat waktu, transparan dan sesuai dengan semua proses hukum,” ujar Sanders.
“Kami sedih mendengar konfirmasi kematian Tuan Khashoggi, dan kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga, tunangan, dan teman-temannya.”
Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, adalah orang terakhir yang melihatnya hidup pada 2 Oktober ketika memasuki konsulat Saudi. Alasan dia pergi ke sana adalah untuk mendapatkan dokumen yang membuktikan perceraiannya sehingga dia bisa menikah lagi.
“Tunah mengasihani kamu cintaku Jamal, dan semoga kamu beristirahat dengan tenang di Surga,” ujar Cengiz di akun Twitter-nya setelah mendengar pengumuman Saudi.
Beberapa pengamat mencatat tekanan internasional akhirnya menjadi terlalu banyak untuk ditanggung oleh Saudi.
“Butuh kecaman internasional yang intens selama dua minggu untuk mengakui bahwa Khashoggi telah tewas, bahwa ia dibunuh di konsulat Saudi,” ujar Kristin Diwan dari Institut Negara Teluk di Washington.
Yang lainnya mempertanyakan kepercayaan dari penjelasan Saudi.
“Setiap narasi berturut-turut yang dikeluarkan oleh Saudi untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Khashoggi telah meruntuhkan kepercayaan,” ujar Kristian Ulrichsen, seorang rekan Khashoggi.
“Terutama karena orang-orang Saudi masih tidak bisa atau tidak mau menghasilkan satu bukti yang bisa memberikan jawaban pasti dengan satu cara atau cara yang lain.” (haninmazaya/arrahmah.com)