JAKARTA (Arrahmah.com) – Surat dukungan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Seni Budaya, KH A Cholil Ridwan kepada Fatin Shidqiya Lubis menuai pro dan kontra. Sebelum memasuki wliyah itu ada baiknya kita memperhatikan isi surat itu. Secara normatif isi surat dukungan untuk Fatin bernilai nasehat dan peasan yang baik.
Pertama sebagai ketua MUI KH. A Cholil Ridwan menasehati dan berpesan kepada Fatin agar “Jangan sekali kali kamu jual akidahmu demi karir duniamu.” Suatu nasehat yang bagus sebagai bekal ketaatan kepada Allah Ta’ala dan bertauhid. Nasehat ini dalam konteks ketika ada pilihan berjilbab atau karir. Lengkapnya tertulis: “Pada suatu saat Fatin akan dihadapkan pilihan jilbab atau karir. Misalnya akan ada yang membisikkan Fatin dengan kalimat , “Kalau mau menang jadi juara I, kamu harus copot jilbab” atau “Kalau mau ikut menyanyi di luar negeri, kamu harus copot jilbab.” Dan dirangkai dengan kalimat “Dan jauhi pergaulan negatif.” Tulis kyai
Kedua, pak kyai berpesan “Jangan tinggalkan sholat lima waktu”. Karena tidak sedikit orang melalaikan dan menggampangkan sholat, terlebih lagi anak remaja.
Ketiga tentang jilbab diuraikan dalam surat itu, meski tidak disebut kriterianya sesuai syari’at Islam, tertulis “Rumus jilbab itu 3T (Tidak buka aurat, Tidak transparan, dan Tidak ketat).”
Butir-butir yang menjadi pertanyaan pada isi surat dukungan itu adalah, bahwa pak kyai sering menonton acara X Factor. Bangga terhadap muslimah berjilbab ikut acara X Factor. Sholat dalam keadaan terpaksa boleh di akhir waktu. Bahkan dalam keadaan darurat boleh dijama’. Menyerukan kepada umat Islam untuk memberikan dukungan kepada Fatin, khususnya Muslimah yang sudah berjilbab, dan anggota Hijabers, setiap tampil di X Factor, dengan diniatkan untuk syiar jilbab.
Padahal dalam pandangan Muhammad Pizaro, intelektual muda muslim, X Factor adalah acara tayangan musik, sama seperti American Idol, X Factor dibentuk oleh Simon Cowell dan diproduksi Fremantle Media. Simon Cowell sendiri berlatar belakangYahudi dengan ibu seorang Kristiani. Dan dua sejoli antara Simon Cowell dan Rupert Murdoch adalah para kreator yang sangat gigih mengkreasi acara pencarian bakat yang kemudian disebar ke negara-negara muslim.
Di luar negeri sana, acara X Factor tidak banyak direspon oleh umat muslim, karena mereka tahu siapa dalang di balik acara ini. Meski ada kontestan muslim seperti Yousseph Slimani pada acara The X Factors tahun 2005 di Inggris, tapi respon muslim Inggris tidak seperti di Indonesia. Karena mereka tahu, acara seperti X Factors tidak akan pernah bisa menaikkan harkat dan martabat muslim atau muslimah.
(azmuttaqin/arrahmah.com)