Sultan Khan, 18, biasanya bermain kriket di luar kamp pengungsian, 7 Km dari Utara Peshawar, dimana tempat tersebut dijadikan sebagai tempat berlindung sementara sejak tentara kafir AS selalu melancarkan serangan udara yang selalu menjadikan warga sipil sebagai korban mereka.
Permainan kriket masih terus berlangsung, namun Sultan tidak lagi menjadi salah satu pemain. Ia bergabung dengan mujahidin Taliban, yang melakukan serangan terhadap tentara musuh di wilayah Bajaur, 150 Km dari Peshawar.
Sultan adalah salah satu dari beberapa pemuda yang tadinya berada di kamp pengungsian dan kini bergabung dengan Taliban, untuk membalaskan dendam mereka atas kematian keluarga mereka dalam serangan yang dilancarkan tentara pemerintah Pakistan dan tentara kafir AS.
Sultan kehilangan kakak tertuanya dan dua keponakannya saat misil AS membom Desa Damadola pada Desember 2007 silam.
Sultan dan keluarganya harus melarikan diri dan mencari tempat aman dengan mendirikan kamp pengungsian.
Pemerintah Pakistan melalui agen intelijensinya menyimpulkan, bahwa kamp-kamp pengungsian sangat berbahaya bagi mereka karena dijadikan tempat perekrutan oleh Taliban.
“Pemerintah menjadikan hal tersebut fokus tersendiri. Ini adalah fenomena yang berbahaya, sejumlah pemuda bergabung dengan Taliban,” ujar salah satu pejabat lokal Pakistan.
Para intel telah di sebar di kamp-kamp pengungsian untuk memonitor aktivitas Taliban. Tetapi setiap utusan yang mereka kirim, selalu gagal menjalankan tugasnya, karena mereka tewas di tangan mujahidin sebelum menyampaikan laporannya.
Sher baz, salah satu pengungsi, mengatakan ratusan pemuda telah bergabung dengan Taliban untuk bertempur melawan tentara pemerintah dan tentara kafir AS.
“Taliban tidak melakukan apapun untuk merayu para pemuda tersebut. Mereka dengan sukarela bergabung dengan Taliban karena misi yang dibawa Taliban,” ia menambahkan.
“Ketika mereka melihat ibu mereka atau saudari mereka mengantri makanan layaknya seorang pengemis, mereka tidak memiliki alasan lain untuk tidak bergabung dengan Taliban,” ia menjelaskan.
“Aku telah berusia lanjut, maka aku tidak dapat bergabung dengan Taliban, jika aku masih seumur dengan para pemuda itu, maka aku akan melakukan hal yang sama.”
Taliban kini menjadi harapan bagi para penduduk di perbatasan Pakistan-Afghanistan, Karena perjuangan mereka yang ingin menjadikan hukum Islam sebagai aturan hidup, menjadikan para penduduk berharap Taliban dapat membawa kesejahteraan dan kehidupan yang damai untuk mereka. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)