BERLIN (Arrahmah.id) — Pemain Belanda asal Maroko, Anwar El Ghazi, telah berjanji untuk menyumbangkan 500.000 euro untuk mendukung anak-anak Gaza, yang merupakan sepertiga dari jumlah yang ia terima dari klub Mainz, pesaing di Bundesliga Jerman, setelah pemutusan kontraknya yang tidak sah.
Klub tersebut telah menangguhkan El Ghazi karena dukungan publiknya terhadap rakyat Palestina dalam genosida yang telah terjadi di Jalur Gaza selama sekitar 11 bulan.
Klub Jerman itu menangguhkan pemain Belanda tersebut karena postingan media sosialnya di mana ia menyatakan dukungannya terhadap perlawanan Palestina dalam operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan pada 7 Oktober 2023.
Bulan berikutnya, klub mengakhiri kontrak El Ghazi, tetapi pengadilan Jerman memutuskan bulan lalu bahwa pemutusan itu tidak sah.
Kontrak El Ghazi dengan Mainz berlaku hingga 2025, tetapi bulan ini ia pindah ke Cardiff City. Putusan pengadilan ketenagakerjaan Mainz memerintahkan klub untuk membayar gaji El Ghazi selama sembilan bulan terakhir, dengan total 1,7 juta euro ($1,9 juta).
El Ghazi mengatakan kepada The Athletic, seperti dilansir Middle East Monitor (24/8/2024), bahwa ia menerima pembayaran sebesar 1,5 juta euro dari Mainz terkait pemecatannya.
Pada hari Jumat, El Ghazi menulis di media sosial, “Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Mainz atas dua hal. Pertama, atas kompensasi finansial yang besar, yang mana 500.000 euro akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek bagi anak-anak di Gaza.”
Ia melanjutkan, “Saya berharap Mainz, meskipun telah berulang kali gagal menghindari pembayaran jumlah yang terutang, akan menemukan penghiburan dalam pengetahuan bahwa mereka, melalui saya, telah memberikan kontribusi finansial untuk upaya membuat kehidupan anak-anak Gaza lebih layak.”
Ia menambahkan, “Kedua, saya berterima kasih kepada Mainz karena telah berusaha membungkam saya, yang membuat suara saya lebih lantang dan jelas atas nama orang-orang tertindas di Gaza.”
Pendudukan Israel telah melancarkan genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan penuh Amerika, yang mengakibatkan lebih dari 133.000 warga Palestina menjadi martir dan terluka, sebagian besar anak-anak dan wanita, dan lebih dari 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang mematikan. (hanoum/arrahmah.id)