BEIJING (Arrahmah.com) – Cina akan mendeportasi seorang wartawan Prancis yang memuat laporan yang mengkritik pemerintah atas perlakuannya terhadap Muslim Uighur.
Visa pers dari Ursula Gauthier, koresponden majalah Beijing, akan berakhir pada 31 Desember, dan Beijing telah menolak untuk memberikan perpanjangan.
Tak lama setelah menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa Cina menggunakan serangan Paris untuk membenarkan tindakan kerasnya terhadap orang-orang Uighur, Gauthier menjadi subjek editorial media yang dikendalikan negara itu dan bahkan menghadapi ancaman kematian, kata L’Obs, sebagaimana dilansir oleh The Guardian, Sabtu (26/12/2015).
Beberapa media melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Cina telah meminta dia untuk secara publik mencabut laporannya.
L’Obs, yang berganti nama dari Le Nouvel Observateur pada bulan Oktober 2014, membela korespondennya.
L’Obs menulis dalam sebuah editorial bahwa pengusiran Gauthier merupakan “insiden besar” pada saat Perancis dan Cina sedang memperkuat hubungan ekonomi, budaya dan diplomatik.
Kementerian luar negeri Perancis pada Jum’at (25/12/2015) mengeluarkan pernyataan singkat di mana ia menyesal bahwa visanya tidak diperpanjang.
Dia juga mengatakan: “Prancis ingin mengingatkan betapa pentingnya bagi wartawan untuk dapat bekerja di mana-mana di dunia.”
(ameera/arrahmah.com)