TEL AVIV (Arrahmah.id) – Duta besar Yordania, Bahrain, dan UEA tidak menghadiri acara buka puasa bersama (iftar) yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri “Israel” pada Ahad (2/3/2023). Hal ini dinilai sebagai sinyal keretakan yang tumbuh antara negara-negara Arab dan “Israel”.
Alih-alih Dubes, UEA dan Bahrain malah mengirim diplomat tingkat rendah ke acara buka puasa tersebut, meskipun duta besar Mesir dan Turki hadir, The Times of Israel melaporkan.
Kepala kantor penghubung Maroko di “Israel”, Abderrahim Beyyoudh juga hadir dalam buka puasa tersebut.
Acara ini dimaksudkan untuk mempertemukan para duta besar negara-negara mayoritas Muslim pada saat menteri sayap kanan “Israel” terus menuai reaksi di dunia Arab atas serangkaian komentar jahat yang menghasut.
Selama buka puasa, Menteri Luar Negeri “Israel”, Cohen memuji Abraham Accords – yang membuat “Israel” menjalin hubungan dengan UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko – meskipun acara tersebut jelas-jelas dihina oleh Abu Dhabi dan Manama, dengan mengatakan itu adalah “pencapaian terbesar negaranya dalam beberapa tahun terakhir”.
“Abraham Accords membawa perubahan dalam hubungan dengan pemerintah dan tidak kurang, dengan orang-orang di Timur Tengah,” tambahnya.
Namun telah terjadi krisis diplomatik antara “Israel” dan negara-negara Arab sejak pembentukan pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Desember tahun lalu.
Bulan lalu, Yordania memanggil duta besar “Israel”untuk Amman untuk meminta ganti rugi setelah Menteri Keuangan “Israel” Bezalel Smotrich mengatakan kepada audiensi di Paris bahwa orang Palestina tidak pernah ada seraya menampilkan gambar peta “Israel” yang membentang hingga ke perbatasan kerajaan.
Pada Ahad (2/4), Raja Yordania Abdullah mengatakan adalah tugas semua Muslim untuk menentang provokasi “Israel” di tempat-tempat suci di Yerusalem.
Ada juga laporan tentang ketegangan dengan UEA atas tindakan Smotrich setelah dia menyerukan pembersihan etnis kota Hawara di Palestina menyusul pogrom oleh pemukim “Israel”.
UEA juga dilaporkan marah atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir pada awal tahun ini.
Ada juga kegemparan regional atas penindasan “Israel” yang kejam terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, yang telah menyebabkan 95 warga Palestina tewas. (zarahamala/arrahmah.id)