BEIRUT (Arrahmah.com) – Sejak meletusnya revolusi Suriah sampai saat ini, lebih dari 20 bulan milisi Syiah Hizbullah Lebanon bahu-membahu dengan rezim Nushairiyah Suriah membantai lebih dari 60 ribu warga muslim Suriah. Selama masa tersebut, ratusan anggota milisi Syiah Hizbullah Lebanon tewas dan tertangkap oleh mujahidin Suriah.
Catatan kelam kebiadaban milisi Syiah Hizbullah Lebanon tersebut tidak sedikit pun mengendorkan niat pemerintahan Mesir di era presiden Mursi untuk menjalin hubungan erat dengan Hizbullah Lebanon.
Hal itu ditegaskan oleh Duta Besar Mesir untuk Lebanon, Ashraf Hamdi, dalam wawancara dengan koran Lebanon berbahasa Inggris, The Daily Star. Hamdi menjelaskan bahwa Mesir akan kembali menjalin hubungan dengan Hizbullah Lebanon, laporan The Daily Star pada Sabtu (29/12/2012). Sehari kemudian koran Al-Arabiya dan koran-koran Mesir dan Lebanon lainnya menurunkan berita wawancara tersebut.
“Kau tidak bisa mendiskusikan politik di Lebanon jika kau tidak memiliki hubungan dengan Hizbullah. Diaalah kekuatan yang sebenarnya di tanah (Lebanon). Ia memiliki pengaruh politik dan militer yang besar di Lebanon,” kata Ashraf kepada wartawan The Daily Star.
Menurut sang dubes, hubungan tersebut sangat penting mengingat Hizbullah Lebanon adalah sebuah kelompok yang memiliki kekuatan politik dan militer yang besar di Lebanon. Dalam wawancara tersebut Hamdi menegaskan kedudukan penting Hezbullah sebagai salah satu unsur utama pembentuk struktur politik di Lebanon.
Sementara itu dalam pertemuan dengan Biro Politik kelompok Syiah Hizbullah Lebanon, Hamdi mendorong Hizbullah untuk tetap berperan sebagai sebuah kekuatan politik di Lebanon.
Hubungan antara pemerintah Mesir dan kelompok Syiah Hizbullah Lebanon selama beberapa kali mengalami pembekuan dan kemunduran, terutama pada masa rezim sekuler Husni Mubarak. Hubungan itu semakin memburuk saat terjadi perang Israel-Hizbullah pada 2006, di mana Mesir saat itu menuduh Hizbullah menyeret kawasan pada kekacauan dengan menerjuni peperangan tanpa alasan dan pertimbangan matang.
Kemunduran hubungan itu mencapai puncaknya saat penjajah zionis Yahudi melakukan invasi militer ke Jalur Gaza pada 2008. Pada saat itu pemimpin umum Hizbullah Lebanon, Hasan Nashrullah, menyerukan kepada Mesir untuk melakukan intervensi militer untuk kepentingan Jalur Gaza. Seruan itu dianggap oleh Mesir sebagai intervensi terang-terangan Hizbullah terhadap urusan dalam negeri Mesir.
Ketegangan Mesir-Hizbullah semakin memanas saat aparat keamanan Mesir menangkap sel rahasia Hizbullah pada 2010 di Mesir atas tuduhan melakukan kegiatan spionase dan merencanakan sejumlah serangan terorisme. (muhib almajdi/arrahmah.com)