(Arrahmah.com) – Berlebihan cinta terhadap tanah air dapat membuat Muslim lupa bahkan mengabaikan batas-batas yang ditetapkan Allah dan RasulNya. Juga disisi lain karena ada faktor luar seperti propaganda dan tekanan dari pihak tertentu, sehingga loyalitas menjadi terbalik.
Baru-baru ini kita membahas tentang dilema identitas Muslim Amerika, terkhusus pemuda, dimana mereka merasa malu untuk tampil menjadi Muslim sejati yang mengikuti Syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas kafir, yang lebih parah mengakibatkan banyak diantara mereka mengabaikan aturan-aturan Islam. Hal itu bukan hanya disebabkan minimnya pengajaran terhadap mereka tentang Islam, tetapi juga didorong oleh propaganda media Barat dan kampanye orang-orang anti-Islam yang ekstrim. Terlebih pemerintahan mereka, yang notabene sedang memimpin perang terhadap Islam dan kaum Muslimin di seluruh dunia.
Salah satu upaya pemerintah Amerika dan para ‘prajuritnya’ di lapangan untuk melawan Islam, adalah melemahkan loyalitas kaum Muslimin terhadap agamanya sendiri, baik disadari ataupun tidak. Salah satu buahnya adalah munculnya istilah Muslim ‘moderat’ dan Muslim ‘ekstrimis’, ‘radikal’, ‘teroris’, untuk membedakan umat Islam yang ‘baik’ dan yang ‘buruk’, versi pandangan Barat. Kita tentu masih sangat ingat apa yang diserukan George W. Bush kepada dunia, “Anda bersama kami atau bersama teroris”. Siapakah teroris yang dimaksud? mereka adalah umat Islam yang memperjuangkan Syari’at Islam, menentang sistem kufur yang diusung Barat dan berlepas diri dari itu serta tidak berlemah-lembut terhadap mereka yang berada di jajaran orang-orang yang menentang Islam dan memerangi kaum Muslimin.
Berikut ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Samir Khan rahimahullah yang diterbitkan di majalah Inspire 8, berjudul “Blended duality: Muslim and American?” yang menjelaskan tentang dilema Muslim di Amerika akan pendirian mereka terhadap pemerintah Amerika. Pendirian untuk tetap teguh memegang kuat Wala’ wal Bara’ atau melemahkannya demi keselamatan dan kedamaian yang semu serta pengakuan Muslim ‘moderat’ di mata Amerika. Hal tersebut tidaklah terjadi di Amerika saja, karena itu semoga tulisan berikut dapat memberi pencerahan bagi kita. Samir Khan tentu tidak bermaksud merendahkan Muslim di Amerika, tentu tidak semua Muslim Amerika demikian adanya. Di satu sisi kita amat bersyukur meningkatnya jumlah Muslim di Amerika, namun di sisi lain kita pun prihatin banyak Muslim di Amerika terjebak dalam perangkap doktrin Muslim ‘moderat’.
***
Seiring peringatan ke-10 serangan September (9/11) telah melewati kita, banyak pembentukan kembali identitas Muslim di Amerika, terus mencari untuk dirinya sendiri sebuah tempat di dunia yang tidak seimbang. Dunia yang mengatakan bahwa iman dan negara harus menyatu menjadi manifestasi agama yang diterima budaya. Tak pelak, dunia sekuler yang sebagian besar Muslim Amerika merasa berkewajiban untuk diperbudak di dalamnya. Sementara dunia menonton revolusi yang terjadi di sekitar negeri-negeri kaum Muslimin, orang tidak dapat membantu tetapi merasakan ketidakkonsekwenan dalam doktrin Muslim ‘moderat’ di Amerika.
Belum lama ini mereka saling bertentangan untuk mengambil semacam sikap antagonis terhadap setiap status quo. Kehidupan untuk Muslim Amerika benar-benar berarti perjuangan tanpa pengorbanan, lebih memilih kotak suara musuh untuk menerima pelurunya. Tetapi karena keramahan mereka sendiri telah mencapai garis-garis keberhasilan utama kembali ke rumah – yaitu, mengakhiri ketakutan para Tiran – masyarakat Muslim Amerika merasa perlu untuk menunjukkan dukungan mereka.
Sebuah cara baru ke depan? Jika mau jujur, ini lebih seperti..mereka telah menemukan diri mereka sendiri lebih dalam di dalam kuburan dilema Muslim Amerika yang mereka gali untuk diri mereka sendiri. Awal bulan ini, BBC mengangkat dua bagian segmen, berjudul “Muslim Amerika” yang menampilkan seberapa jauh umat Islam yang telah pergi meninggalkan agama mereka dan upaya-upaya yang mereka telah buat, dengan bangga memamerkannya. Semua masalah itu bukan untuk apa-apa. Sayap kanan meningkat dalam pengaruh politik dan tidak berencana untuk membangun jembatan apapun dengan masyarakat Muslim. Faktanya, mereka hanya berniat untuk membuat masalah lebih buruk untuk mereka (Muslim).
Dan setiap orang tahu bahwa masuk ke atas barisan pemerintahan sebagai seorang Muslim tradisional adalah menyusahkan karena itu (barisan pemerintahan) tidak akan pernah memadamkan kecurigaan dan kemarahan yang melingkupi mereka yang menolak keyakinan umat Islam. Bahkan tidak terkecuali beberapa yang berpendidikan paling tinggi. Budaya rasial ini ada di setiap jajaran dan catatan populasi sipil Amerika.
Melihat fakta bahwa Muslim Amerika adalah masyarakat yang tidak berpengalaman dan mudah dipengaruhi yang tidak belajar dari sejarah sebelumnya di negeri-negeri Muslim, tidak ada gunanya untuk mengatakan bahwa akan terus berada dalam sebuah identitas kesulitan, lebih seperti krisis paruh baya. Sebagian besar Islam Amerika adalah dibentuk oleh bagaimana Muslim memandang dirinya sendiri melalui pihak luar. Bahkan ini sampai pada poin dimana para Ulama mengeluarkan fatwa yang mendukung tentara Amerika sehingga seorang Muslim tidak akan mampu untuk menembus dari dalam.
Hal ini karena ketakutan mereka terhadap kehidupan yang sulit. Mengubah agama ini sehingga nampak menjadi ‘alternatif’ yang lebih hebat untuk mereka. Film dokumenter BBC menyimpulkan dengan menunjukkan dualitas menjadi Muslim dan warga Amerika adalah layak dengan mengutip anggota Kongres Keith Ellison yang mengatakan bahwa bila Muslim berusia lima tahun bermimpi menjadi presiden, itu tidak harus menjadi sebuah masalah. Rupanya, hal itu dikatakan dalam rangka ‘pembelaan hak asasi setiap orang’ di Amerika untuk menjadi seperti yang mereka inginkan dan bahwa pilihan agama seseorang tidak seharusnya menjadi faktor penentu dalam apakah mimpi itu dapat menjadi kenyataan. Masalah dalam hal ini adalah orang seperti Keith sedang berusaha untuk menghapus garis tersebut – yaitu, batas yang ditetapkan oleh Allah – antara Halal dan Haram, dan sebagai akibat dari Islam dan Kufur. Meskipun mungkin tidak semua Muslim ‘moderat’ setuju dengan Keith dalam setiap isu, namun mereka mendukung landasan-landasan tersebut menghapus garis yang sangat tetap itu. Implikasi dari hal ini adalah bahwa ini bergerak ke dalam banyak masalah dan bertabrakan dengan Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah (Al-Hadits).
Contohnya, meskipun Allah mengatakan bahwa adalah keharusan untuk memerintah dengan Syari’ah, sangatlah tidak relevan untuk orang-orang tersebut untuk berhukum dengan HukumNya. Menjadi salah satu dari fasiqun, dzalimun, dan kafirun (sebagaimana dinyatakan dalam Surat al-Maidah) tampaknya tidak menyebabkan banyak kekhawatiran untuk orang-orang Muslim ini (moderat – red). Ada banyak contoh tentang ‘sikap halus’ ini, “Saya tidak peduli apa yang Tuhan katakan, saya seorang Muslim Amerika,” ini ditemukan tidak hanya pada Muslim biasa, tetapi organisasi mereka, imam dan para pemimpin mereka.
Ketika lapisan itu terkelupas satu per satu, jadilah Muslim yang melemparkan Al-Qur’an ke belakang punggung mereka, mirip sebagaimana Allah menggambarkan orang-orang Yahudi dalam Surah Al-Jumu’ah. Untuk mengatakan seseorang bangga menjadi orang Amerika bukan hanya deklarasi budaya tetapi salah satu dari kesetiaan.
Dengan perkataan itu, apakah mereka bangga bagaimana budaya Amerika dimulai dengan pembantaian orang-orang asli Amerika? Apakah mereka bangga memiliki ekonomi yang berlandaskan riba yang membuat orang-orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin dan mengeksploitasi dunia yang luas, Apakah mereka bangga membayar pajak yang diubah menjadi rudal-rudal dan peluru-peluru yang menembus tubuh-tubuh dan rumah-rumah kaum Muslimin Palestina yang tertindas? Apakah mereka bangga menjadi orang Amerika karena menjadi orang yang menyambut para pengecut dan menyembunyikan kepala seseorang di bahwa pasir adalah perilaku yang lazim sementara masalah-masalah nyata menyakiti seluruh negeri kaum Muslimin? Menjadi seorang Muslim di satu sisi sementara menjadi orang Amerika di sisi yang lain. Untuk kemudian melakukan apa-apa yang Allah benci dan mengabaikan pelajaran-pelajaran agama demi dunia.
Mujahidin yang datang dari Amerika telah menjadi panutan yang luar biasa dari seluruh ummat disana. Mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk tujuan yang lebih besar, menggugah transisi dari kehidupan para sahabat dalam penolakan mereka terhadap kepemimpinan orang-orang Quraisy untuk penerimaan yang menguntungkan dari bimbingan Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menjadi tak bertanah demi memperjuangkan pembangunan Islam.
Allahu a’lam bishowab
oleh: Samir Khan (rahimahullah)
(siraaj/arrahmah.com)