QALANSAWE (Arrahmah.id) – Dua warga Palestina “Israel” tewas dalam insiden terpisah pada dini hari Senin (5/6/2023), di saat gelombang pembunuhan makin mengkhawatirkan dan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Ahmed Sharif (40) ditemukan tewas tertembak di mobilnya di kota Qalansawe, sementara Omar Uwadi yang berusia 21 tahun ditembak mati di Ibillin, harian “Israel” Haaretz melaporkan.
Polisi “Israel” mengklaim bahwa dua penembakan itu terkait dengan kejahatan terorganisir, lansir Haaretz. Polisi mengatakan penyelidikan telah diluncurkan untuk kedua pembunuhan tersebut, tetapi tidak ada tersangka yang ditangkap untuk kedua kasus tersebut.
Pembunuhan Senin (5/6) jumlah total warga Palestina yang tinggal di dalam perbatasan “Israel” 1948 yang dibunuh tahun ini menjadi 88, menurut penghitungan Haaretz. Mengutip penghitungan oleh kelompok nirlaba Abraham Initiatives, The Times of Israel menyebutkan jumlah pembunuhan sepanjang tahun ini mencapai 90.
Angka-angka itu menempatkan 2023 sebagai salah satu tahun terburuk dalam pembunuhan warga Palestina “Israel” yang tercatat baru-baru ini.
Komunitas Palestina di dalam perbatasan “Israel” 1948 terdiri dari keturunan Palestina yang dapat tetap tinggal di desa dan kota mereka meskipun ada pembersihan etnis oleh pasukan Zionis selama Nakba.
Mereka berjumlah sekitar 20 persen dari populasi “Israel”, dan telah lama menjadi sasaran diskriminasi sistematis serta kelambanan polisi terhadap kekerasan dan kejahatan dalam komunitas mereka.
Mereka menuduh otoritas “Israel” menutup mata terhadap masalah kejahatan ini.
Kekerasan itu dipersalahkan pada kehadiran polisi yang tidak memadai di komunitas-komunitas ini, kemiskinan, pengangguran dan penyediaan layanan dasar yang buruk.
Pemimpin komunitas Palestina di “Israel” dan mantan anggota Knesset mengorganisir protes pekan lalu untuk meminta otoritas “Israel” bertindak atas pembunuhan tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)