COX BAZAR (Arrahmah.id) — Sekelompok orang membunuh dua pemimpin komunitas Rohingya di Bangladesh (15/10/2022). Pembunuhan ini terjadi ketika keamanan memburuk di kamp-kamp yang menampung hampir satu juta pengungsi dari Myanmar ini.
Bangladesh telah menampung pengungsi Rohingya di kamp-kamp yang luas sejak mereka melarikan diri dari tindakan keras militer Myanmar pada 2017, yang sekarang menjadi subjek penyelidikan genosida pengadilan tinggi PBB.
Kekerasan di kamp-kamp Rohingya meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dengan geng mencoba menegaskan kontrol atas perdagangan narkoba dan mengintimidasi kepemimpinan sipil pengungsi melalui pembunuhan dan penculikan.
Juru bicara polisi Faruk Ahmed mengatakan, dua pemimpin kamp Rohingya tewas Sabtu (15/10) malam di Kamp 13, menyebutnya sebagai salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.
“Lebih dari selusin penjahat Rohingya membunuh Maulvi Mohammad Yunus (38) yang merupakan ketua majhi Camp 13. Mereka juga membunuh Mohammad Anwar (38) majhi lainnya. Yunus meninggal di tempat dan Amwar meninggal di rumah sakit,” jelas Ahmed dikutip dari AFP (16/10).
“Majhi” adalah istilah untuk pemimpin kamp Rohingya.
Seorang perwira senior dari unit polisi elite yang bertugas menjaga keamanan di kamp-kamp itu menyalahkan pembunuhan itu pada Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok pemberontak yang memerangi militer di Myanmar.
“Ini adalah pembunuhan yang ditargetkan oleh ARSA. Bentrokan internal di Myanmar berdampak pada situasi keamanan di kamp-kamp itu,” jelasnya, yang berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas informasi sensitif.
Dalam tiga bulan terakhir, setidaknya 14 orang Rohingya dibunuh di kamp-kamp tersebut. Jumlah pembunuhan di kamp tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu.
Kerabat salah seorang pemimpin komunitas Rohingya yang dibunuh menyalahkan ARSA atas pembunuhan tersebut.
“ARSA membunuh paman saya tadi malam. Paman saya biasa memberi tahu mereka untuk tidak berurusan dengan narkoba. Dia akan mengawasi patroli sukarela di kamp-kamp. Mereka membunuh paman saya,” kata pria tersebut yang merupakan keponakan salah satu pemimpin Rohingya yang dibunuh dan meminta untuk tidak disebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya.
ARSA belum secara terbuka mengomentari pembunuhan ini. Beberapa anggotanya awal tahun ini didakwa atas pembunuhan pemimpin tinggi Rohingya, Mohib Ullah, pada September tahun lalu. Namun, ARSA telah membantah keterlibatannya.
Pembunuhan Ullah memicu tindakan keras oleh otoritas Bangladesh, dengan setidaknya 8.000 tersangka anggota ARSA ditangkap. (hanoum/arrahmah.id)