KAIRO (Arrahmah.id) – Dua tahanan politik tewas di penjara Mesir dalam waktu 24 jam pekan ini, kata aktivis hak asasi manusia, di tengah kemarahan dan pengawasan baru terhadap tahanan di negara itu selama KTT COP27 di Sharm El-Sheikh.
Magdy Abdo Al-Shabrawi meninggal di Penjara Badr yang baru karena kondisi penahanan yang buruk dan kelalaian media yang keterlaluan”, kata aktivis hak asasi manusia Haithem Abu Khalil.
Shabrawi, seorang pemilik toko buku, telah ditahan sejak Januari 2020. Dia baru saja dipindahkan dari Penjara Scorpion yang terkenal kejam ke Badr, kata Abu Khalil.
Putranya telah ditahan sejak 2014, tambah aktivis itu. Kairo telah menahan ribuan aktivis setelah kudeta militer 2013 yang menggulingkan pemerintah pertama yang dipilih secara demokratis di Mesir, banyak dari mereka adalah anggota Ikhwanul Muslimin.
Pemantau hak asasi manusia Mesir We Record mengatakan pada Selasa (15/11) bahwa guru yang dipenjara Shabaan Mohammed Sayed telah meninggal, “sebagai akibat dari kondisi penjara yang buruk”.
Sayed telah dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan setelah kondisi kesehatannya memburuk saat ditahan di penjara Qanatir dekat Kairo, kata We Record.
Abu Khalil membagikan berita kematian Sayed pada Senin malam (14/11).
Kedua pria itu adalah tahanan politik ke-31 dan ke-32 yang tewas dalam penahanan Mesir pada tahun ini.
Tahun lalu, 52 tahanan politik meninggal dalam tahanan, menurut We Record.
Mesir telah menahan sebanyak 60.000 tahanan politik sejak Presiden Abdel Fattah al-Sisi menguasai negara itu dalam kudeta militer 2013.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan penyiksaan dan pelecehan tersebar luas di penjara Mesir.
Mantan Presiden Mesir Mohamed Morsi meninggal di pengadilan pada 2019 karena kondisi yang parah dalam penahanan dan penolakan perawatan medis.
Nasib tahanan politik Mesir mendapat perhatian baru di tengah KTT iklim COP27 yang berlangsung di Sharm El-Sheikh, dengan para pemimpin dunia menyerukan Mesir untuk mengakhiri tindakan kerasnya terhadap kebebasan berekspresi.
Seorang tokoh kunci dalam masalah tahanan politik adalah aktivis Inggris-Mesir Alaa Abdel Fattah yang melakukan mogok minum pada hari pertama COP27 untuk memprotes kelanjutan penahanannya atas unggahan kritisnya di Twitter. (zarahamala/arrahmah.id)