HOMS (Arrahmah.com) – Pertempuran sengit terjadi di kota Homs yang meninggalkan 60 hingga 70 persen dari distrik yang dikuasai oleh Mujahidin Suriah hancur, rusak atau tidak layak huni, ujar laporan kelompok pemantau pada Ahad (7/7/2013).
Perkiraan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) datang sembilan hari setelah serangan habis-habisan oleh pasukan rezim brutal Assad ke wilayah yang dikuasai Mujahidin seperti Khaldiyeh dan Old City yang telah dikepung selama lebih dari satu tahun.
Pada Ahad (7/7), serangan udara, tank dan tembakan roket menghantam kota, ujar SOHR.
“Enam puluh sampai tujuh puluh persen bangunan di Khaldiyeh benar-benar hancur, rusak sebagian, atau tidak layak huni,” ujar direktur SOHR kepada AFP.
Homs adalah kota terbesar ketiga di Suriah dan puluhan ribu warga telah melarikan diri dari medan pertempuran.
“Dari kota-kota di Suriah, Homs telah menderita kehancuran tertinggi. Imej homs membuatnya terlihat seperti perang dunia telah melanda kota itu,” tambahnya.
Video amatir yang diposting online oleh aktivis memperlihatkan api dan asap hitam tebal mengepul dari beberapa bangunan kosong yang penuh lubang. Beberapa struktur yang ditunjukkan dalam video hampir tidak berdiri.
“Bahkan bila rezim merebut kembali pemukiman itu, hampir tidak ada rumah yang berdiri dan bisa ditempati,” ujar Abdel Rahman.
Pada Ahad, pasukan rezim menggunakan mortir, roket dan artileri berat untuk menargetkan daerah yang dikuasai pejuang Suriah.
“Kami berada di bawah tekanan berat, khususnya di bagian depan Khaldiyeh. Pertempuran sengit dan kami hidup dari pasokan yang sangat langka,” ujar seorang aktivis anti-rezim, Abu Khaled.
“Kami sudah kehabisan hampir semua peralatan, bahan bakar dan medis setelah lebih dari satu tahun di bawah pengepungan,” lanjutnya kepada AFP melalui telepon.
“Homs memiliki nilai simbolis penting bagi revolusi, dan jika rezim mengambil alih, ia akan mencetak kemenangan besar,” ungkapnya.
Homs terletak di tengah Suriah, wilayah strategis untuk jalus pasokan ke seluruh provinsi di negara itu. Menurut laporan PBB, 2.500 sampai 4.000 orang terjebak di daerah yang terkepung itu. (haninmazaya/arrahmah.com)