SOLO (Arrahmah.com) – Dua jenazah aktivis Islam-korban penembakan Densus 88-itupun akhirnya dimakamkan. Jenazah Sigit Qordhowi, komandan Tim Hisbah dimakamkan di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Sukoharjo, Rabu (18/05/2011) pukul 22.00 malam. Sementara itu, jenazah Hendro Yunanto, juga aktivis Tim Hisbah, dimakamkan hari Kamis (19/05/2011) di Komplek Pemakaman Khusus Muslim di desa Polokarto, Sukoharjo. Allahu Akbar!
Jenazah Sigit Qordhowi Dimakamkan Dengan Iringan Ribuan Orang
Jenazah Hermawan Wijayanto alias Sigit Qordhowi, komandan Tim Hisbah yang tewas dalam penyergapan oleh personel Densus 88 Antiteror Mabes Polri akhir pekan lalu, Rabu (18/5) malam dengan tuduhan terlibat dalam kegiatan pengeboman Cirebon telah dimakamkan di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Sukoharjo Rabu (18 Mei 2011) pukul 22.00 malam.
Sebelum dimakamkan, jenazah terlebih dahulu disholatkan di rumahnya yang terletak di Gg Arjuna 2 Glondongan RT 1 RW IV, Serengan, Solo itu dan di Mushola Suryani.
Kedatangan jenazah Sigit berbalut kain putih dari dalam ambulans nopol H-8434-KC dengan pengawalan ketat polisi sekitar pukul 21.00 WIB disambut di rumah duka dengan pekikan takbir “Allahu Akbar” oleh sejumlah warga dan pelayat yang sengaja datang.
Ketua RW setempat, Sukarno Mitronagoro, sempat memberikan prosesi sambutan. Tak lama kemudian, almarhum dishalatkan di Mushola Suryani yang letaknya tak jauh dari rumah duka. Usai dishalatkan, sekitar pukul 21.30, jenazah Sigit yang diambil orang tua bersama anggota Tim Pembela Muslim (TPM) yakni Budi Kuswanto SH, dimakamkan di tempat pemakaman umum Pracimaloyo, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
Pemakaman dilakukan setelah hasil tes DNA di RS Bhayangkara Polda Jateng memastikan bahwa salah satu jenazah tersebut adalah Sigit Qurdowi (36).
Lebih Dari 10 Lubang Peluru di Tubuh Hendro
Sementara itu, sekitar pukul 00.30 WIB hari Kamis 19 Mei dinihari, jenazah Hendro akhirnya tiba di Kampung Cemani Baru, Rt 3 Rw 15 Ngruki dengan sebuah ambulance. Rumah Hendro terletak hanya sekitar 100 meter dari Ponpes Al Mukmin Ngruki.
Kedatangan jenazah Hendro disambut pekikan takbir rekan-rekannya yang sudah menunggu dari sore. Jenazah Hendro kemudian diantar ke rumah orang tuanya dan diganti kafannya.
Tidak ada tangis berarti di kediaman Hendro, orang tua Hendro menyatakan sudah ikhlas dengan kepergian putranya yang tewas diterjang pelor dari senapan tim Densus 88.
Jenazah Hendro kemudian dibawa ke masjid Baiturrahman yang berada sekitar 50 meter dari kediaman orang tua Hendro. Beberapa rekan menjuluki Hendro dengan panggilan sehari-hari “Pak Tua”. Hingga Subuh, jenazah Hendro disemayamkan di dalam masjid dengan ditunggu ratusan laskar. Menurut Hendro Sudarsono dari Tim ISAC, sebenarnya keluarga Hendro mendapat tekanan dari pihak polisi untuk segera menguburkan jenazah Hendro meskipun tengah malam, hal ini untuk meminimalisir dukungan dan perhatian masyarakat.
Namun, keluarga Hendro Yunanto menolak dan tetap akan mengubur jenazah Hendro pada pagi hari ba’da Subuh. Akhirnya ba’da Subuh jenazah Hendro diberangkatkan dari masjid Baiturrahman menuju Komplek Pemakaman Khusus Muslim di desa Polokarto, Sukoharjo yang terletak sekitar 10 kilometer dari Ngruki. Ratusan pelayat dengan menggunakan sepeda motor mengiringi ambulance. Terlihat rombongan kendaran, pelayat berdatangan dari berbagai kota, seperti dari Surabaya dan Semarang.
Sekitar pukul 06.00 WIB prosesi pemakaman sudah selesai, makam Hendro Yunanto ini berada tidak jauh dari lokasi makam Yuki Wantoro, pemuda asal kota Solo yang juga ditembak mati tim Densus 88 pada bulan Romadhon kemarin di Medan, Yuki dituduh terlibat kasus perampokan bank CIMB Niaga.
Pada saat penggantian kafan, terlihat banyak sekali luka-luka yang sudah dijahit (selain bekas jahitan otopsi). Paling tidak di bagian kepala terdapat satu bekas lubang peluru di kening Hendro, serta luka robek di kepala bagian atas.
Di bagian badan tak kurang terdapat 10 bekas lubang tembakan yang sudah di jahit kembali. Memar-memar juga terdapat di kedua mata Hendro. Masya Allah!
Demikianlah, nasib umat Islam, aktivis dakwah, di negeri bernama Indonesia, harus rela mati didor Densus 88. Hal ini sebagaimana juga disampaikan ISAC yang menuntut Komnas HAM untuk menyeret ke pengadilan HAM semua anggota Densus 88 yang terlibat pembunuhan 2 aktivis Islam tersebut. Selaman jalan saudaraku, semoga kalian meninggal dalam keadaan khusnul khotimah sebagai Mujahid. Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)