AMMAN (Arrahmah.com) – Sejumlah tembakan aparat militer Yordania telah diarahkan pada ribuan demonstran yang melakukan aksi protes di Amman pada Minggu (13/2/2011) setelah sebuah bis militer Royal Guard berusaha membubarkan para demonstran. Dalam insiden ini dua warga sipil cedera.
“Dua demonstran mengalami cedera,” deputi Musa Zawahrah mengatakan, dikutip AFP.
Ribuan Yordania turun ke jalan di Amman yang diawali dengan sengketa lahan.
Menanggapi hal itu, Raja Abdullah II “segera mengirimkan penasihat untuk urusan persukuan, Sharif Fawwaz Zabn, yang mengatakan kepada anggota dari dua suku bahwa keputusan kerajaan adalah dengan mengembalikan tanah tersebut kepada rakyat,” kata Zawahrah.
Kedua suku Zawahrah dan Khalailah telah diperintahkan oleh pemerintah pada tahun 1952 untuk menggunakan setengah dari 2.500-hektar tanah (atau sekitar 6177-acre). Namun kemudian pemerintah kembali memotong dari tanah tersebut untuk karyawannya, universitas Zarqa, dan Asosiasi Pers Yordania,” lanjut Zawahrah.
“Ini bertentangan dengan hukum dan konstitusi. Kewenangan semacam itu tidak dapat diberikan dua kali,” tambahnya.
Kedua suku ini merupakan harusnya menduduki 40 persen dari peta demografis Yordania.
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan bersama, para pemuka dari 36 suku berkata, “Kami menyerukan kepada raja untuk mengembalikan tanah dan pertanian yang diberikan kepada keluarga Yassin (dari Ratu Rania) pada orang-orang Yordania.” Mereka mendesak raja untuk benar-benar mengeluarkan ratu dari perpolitikan negara gurun tersebut.
Menurut hukum nasional, orang-orang yang secara terbuka mengkritik raja, ratu atau anggota keluarga kerajaan Yordania bisa memperoleh hukuman tiga tahun penjara.
Ketidakpuasan ini memicu kecamuk protes di Yordania bersamaan dengan gerakan pro-demokrasi regional, terutama revolusi di Mesir, yang baru-baru menggulingkan Presiden Hosni Mubarak.
Pengusiran Mubarak ini juga diikuti oleh sorak gembira di seluruh negara seperti di Yordania dan Yaman.
Pada hari Selasa lalu, setelah tiga minggu protes, Raja Abdullah memecat mantan Perdana Menteri, Samir Rifai, dan mengangkat Marouf Bakhit di tempatnya. (althaf/arrahmah.com)