TEHERAN (Arrahmah.id) – Dua anggota divisi kedirgantaraan Garda Revolusi (IRGC) tewas sebagai “martir” di Iran dalam insiden terpisah selama akhir pekan, media Iran melaporkan pada Senin (13/6/2022). Istilah ini biasanya merupakan sebutan yang diberikan kepada mereka yang memiliki tugas penting.
Kematian kedua pria itu terjadi ketika ketegangan tetap tinggi atas kesepakatan nuklir Iran yang compang-camping dengan kekuatan dunia, dan program pengayaan uraniumnya. Sementara pihak berwenang tidak memberikan rincian mengenai kematian keduanya, “Israel” telah dituduh membunuh anggota Garda berpangkat tinggi lainnya di tengah krisis yang berkembang.
Kantor berita Iran Fars and Tasnim, yang diyakini dekat dengan Garda Revolusi, mengidentifikasi salah satu korban tewas sebagai Ali Kamani dan mengatakan ia meninggal di pusat kota Khomein, Iran. Tasnim mengatakan bahwa Kamani meninggal dalam “kecelakaan mobil” tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Laporan tidak menyebutkan peringkat Kamani. Namun, sebuah foto yang diterbitkan oleh Tasnim menunjukkan pria yang mengenakan tanda pangkat seorang letnan dua dalam program kedirgantaraan IRGC, yang menjalankan program rudal balistik Iran serta beberapa pertahanan udara negara itu, lansir AP.
Khomein, tempat kelahiran Ayatollah Ruhollah Khomeini yang memimpin Revolusi Iran 1979, berada di provinsi Markazi. Provinsi itu juga merupakan rumah bagi reaktor air Iran Arak, situs program nuklir utama yang memiliki pertahanan udara di sekitarnya.
Fars sendiri melaporkan kematian orang kedua, yang diidentifikasi sebagai Mohammad Abdous. Kantor berita tersebut menerbitkan gambar Abdous dalam pakaian sipil di Kuil Imam Reza di kota Mashhad, Iran.
Fars mengatakan bahwa Abdous meninggal “dalam sebuah misi” saat bekerja di provinsi Semnan Iran. Provinsi Semnan di timur Teheran, adalah rumah bagi Imam Khomeini Spaceport, yang telah digunakan dalam peluncuran satelit.
Laporan kematian kedua pria itu muncul sekitar satu setengah minggu setelah kematian Kolonel Ali Esmailzadeh, anggota ekspedisi Pasukan Quds, dalam keadaan yang tidak jelas.
Pada bulan Mei, dua pria bersenjata dengan sepeda motor menembak dan membunuh ajudan Kolonel Hassan Sayyad Khodaei di Teheran. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Para pejabat Iran menyalahkan “arogansi global” – kode untuk Amerika Serikat dan Israel – atas pembunuhan Khodaei.
Khodaei yang berusia 50 tahun tetap menjadi sosok bayangan dan Iran belum memberikan rincian biografi selain mengatakan bahwa dia juga adalah anggota Pasukan elit Quds. (haninmazaya/arrahmah.id)