TAIZ (Arrahmah.id) – Seorang tentara pemerintah Yaman tewas dan dua lainnya terluka pada Sabtu (25/3/2023) ketika sebuah pesawat tak berawak sarat bahan peledak yang ditembakkan oleh kelompok Syiah Houtsi yang didukung oleh Iran menyerang sebuah konvoi yang membawa para pemimpin militer senior, termasuk Menteri Pertahanan Letnan Jenderal Mohsen Al-Daeri, di kota Taiz yang terkepung, demikian ungkap para pejabat Yaman dan media lokal.
Seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan kepada Arab News bahwa Houtsi meluncurkan pesawat tak berawak ke arah konvoi yang membawa menteri pertahanan, kepala staf angkatan darat, dan gubernur Taiz ketika mereka melakukan perjalanan dari kota Mocha di Laut Merah ke Taiz. Al-Daeri dan semua pejabat pemerintah lainnya tidak terluka.
Muammar Al-Eryani, Menteri Informasi Yaman, menuduh Houtsi berusaha menggagalkan upaya perdamaian.
“Penargetan berdosa ini, yang terjadi setelah eskalasi terus-menerus dari milisi teroris Houtsi di berbagai wilayah, menegaskan desakan mereka untuk menyabotase upaya-upaya untuk memulihkan gencatan senjata dan menenangkan situasi,” ujar menteri tersebut melalui akun Twitternya.
Al-Eryani sebelumnya telah memperingatkan bahwa operasi militer berskala besar akan dilanjutkan di seluruh negeri jika Houtsi melanjutkan serangan mereka terhadap tentara pemerintah, terutama di provinsi pusat Marib.
Sejumlah pejuang telah terbunuh atau terluka sejak awal pekan lalu, ketika Houtsi memulai serangkaian serangan intens terhadap pasukan pemerintah di distrik Hareb, sebelah selatan provinsi Marib, dan merebut beberapa desa.
Serangan-serangan tersebut, serta penembakan yang tidak terlalu intens dan serangan darat lainnya di Taiz, telah memupuskan harapan akan adanya solusi damai terhadap perang, yang muncul setelah putaran terakhir pembicaraan pertukaran tawanan yang sukses antara Houtsi dan pemerintah Yaman, yang menghasilkan kesepakatan untuk membebaskan lebih dari 800 tahanan selama bulan Ramadhan.
Al-Eryani mengatakan bahwa serangan Houtsi di Hareb telah mengakibatkan pengungsian sejumlah besar orang dan menimbulkan prospek konflik habis-habisan, yang akan mengakhiri perdamaian relatif negara tersebut sejak gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB mulai berlaku pada bulan April tahun lalu.
Berbicara kepada sekelompok personel militer di Al-Bareh, Taiz, pada Jumat, menteri tersebut berjanji untuk mengalahkan Houtsi, merebut kembali Sanaa dan daerah-daerah lain yang saat ini dikuasai oleh milisi yang didukung Iran, dan mendesak para prajurit untuk tetap waspada.
“Untuk merebut kembali setiap inci persegi wilayah kita, merebut kembali ibu kota kita, dan mengembalikan kepemimpinan yang sah ke posisi yang semestinya, kita semua harus memiliki semangat yang sama dan mengarahkan senjata api kita terhadap milisi-milisi ini,” kata menteri tersebut.
Brigjen Mohammed Al-Kumaim, seorang analis militer Yaman, mengatakan bahwa Houtsi telah menggunakan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB untuk berkumpul kembali, dan untuk menargetkan para pejabat militer dan daerah-daerah yang dikuasai oleh pemerintah. Ia menyarankan agar pemerintah Yaman membatalkan perjanjian apapun dengan Houthi dan melanjutkan operasi militer.
“Menyusul serangan terhadap konvoi otoritas militer tertinggi di angkatan bersenjata Yaman ini, pemerintah diharapkan untuk mengakhiri semua perjanjian, termasuk Perjanjian Stockholm, dan membuka kembali garis depan,” ujar Al-Kumaim.
Sejak Oktober, pemerintah Yaman telah mencap Houtsi sebagai organisasi teroris. Pemerintah Yaman mengancam akan menarik diri dari Perjanjian Stockholm dan perjanjian lainnya dengan Houtsi dan melanjutkan serangan militer ketika Houtsi menggempur fasilitas minyak di Hadramout dan Shabwa dengan pesawat tak berawak dan rudal, sehingga menghentikan ekspor minyak Yaman. (haninmazaya/arrahmah.id)