WASHINGTON (Arrahmah.com) – Serangan drone yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden yang menargetkan pentolan militan Islamic State Khurasan Province (ISKP) dikabarkan salah sasaran.
Berdasarkan testimoni dan gambar terbaru serangan tersebut diyakini telah menewaskan seorang pekerja bantuan AS beserta keluarganya.
Laporan kesalahan sasaran serangan tersebut diyakini semakin memberikan tekanan pada Biden, yang sebelumnya telah dikritik karena penarikan pasukan dari Afghanistan.
Dikutip dari New York Post (10/9/2021), pekerja bantuan atau relawan yang tewas adalah Zemari Ahmadi, dan sembilan anggota keluarga, termasuk tujuh anaknya.
Ia terbunuh dalam serangan drone yang dilakukan pada 29 Agustus.
Adalah saudaranya Romal Ahmadi yang mengatakan kepada New York Times, perihal Zemari yang menjadi korban salah sasaran serangan drone AS.
Zemari merupakan seorang insinyur mesin untuk Yayasan Bantuan Pendidikan dan Nutrisi Internasional, yang berbasis di Pasadena, California.
Yayasan tersebut memberikan makan untuk warga Afghanistan yang kelaparan.
Grup yayasan tersebut juga telah mendaftarkan Zemari dan keluarganya untuk pindah ke AS sebagai pengungsi.
Sebuah gambar dari keamanan tempat kerjanya, menunjukkan Ahmadi mengisi wadah dengan air di kantor atasannya pada pukul 14.35, sesaat sebelum dia kembali ke rumah.
Sebuah kontainer yang rusak karena api, sesuai dengan botol air yang dibawanya dan terfoto saat dibawa olehnya.
Seperti yang terlihat dari rekaman kamera keamanan, ia dan koleganya, juga membawa laptop pada hari itu.
Hal itu kemungkinan menjelaskan klaim militer bahwa Toyota Corolla yang menjadi target serangan berisi paket yang terbungkus dengan hati-hati.
Serangan itu terjadi setelah mobil Zemari masuk ke dalam rumah yang kemungkinan ikut merusak rumahnya dan membuat keluarganya terbunuh.
Selain itu, The Times membantah klaim Pentagon bahwa pada ledakan sekunder menunjukkan bahan peledak dinyalakan oleh rudal Hellfire dari drone Reaper AS.
Bahkan dinding tua di dekat mobil Ahmadi tidak roboh oleh serangan udara atau ledakan berikutnya.
Tiga ahli senjata mengatakan tidak ada bukti adanya ledakan sekunder, karena tidak ada dinding yang meledak atau vegetasi yang hancur di dekat mobil yang terbakar.
Namun, menurut ahli sebuah kawah kecil di bawah mobil konsisten dengan rudal Hellfire.
Pihak Pentagon sebelumnya mengungkapkan keberhasilan misi serangan terhadap dua anggota ISKP yang menjadi perencana serangan bom di Bandara Kabul.
Pada serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul, 26 Agustus, diperkirakan lebih dari 170 orang tewas, termasuk 13 tentara AS.
“Semua prosedur telah dilakukan dan serangan tepat sasaran,” ujar Ketua Kepala Staf Bersama, Jenderal Mark Milley.
Satu hari setelah serangan bandara, militer AS mengatakan pada 27 Agustus telah membunuh dua terduga anggota ISKP
Dua hari kemudian drone AS diduga telah membunuh Ahmadi di Kabul, bukannya anggota ISKP.
Menurut laporan The Times, operator drone tak mengawasi rumah Ahmadi sebelum melakukan serangan udara.
Tetapi mereka mengikuti apa yang diyakini sebagai kendaraannya pada siang hari.
Mereka juga mencatat bahwa tidak lama setelah serangan, militan ISKP menggunakan Toyota Corolla putih, model yang sama dengan mobil Ahmadi.
Terkait laporan tersebut, Juru Bicara Pentagon John Kirby mengungkapkan, Komando Pusat terus menilai hasil serangan udara di Kabul pada 29 Agustus.
“Kami tak akan mendahului penilaian tersebut. Namun seperti yang telah kami katakan, tak ada militer lain yang bekerja lebih keras daripada kami untuk mencegah jatuhnya korban sipil,” klaimnya.
“Selain itu seperti yang dikatakan Ketua Milley, serangan itu didasarkan pada intelijen yang baik, dan kami percaya bahwa itu mencegah ancaman yang akan segera terjadi di bandara dan terhadap pria dan perempuan kami yang masih bertugas di bandara,” tambahnya. (hanoum/arrahmah.com)