SEOUL (Arrahmah.id) – Badan berita Yonhap melaporkan bahwa otoritas Korea Selatan pada Rabu ini menangkap mantan Presiden Yoon Suk Yeol setelah menggerebek kediamannya di Seoul. Penangkapan ini terkait upayanya memberlakukan darurat militer pada awal bulan lalu, yang memicu tuduhan pemberontakan terhadap dirinya.
Yoon ditahan dan langsung dibawa ke kantor investigasi antikorupsi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dalam pesan video yang dirilis setelah penangkapannya, Yoon menyatakan bahwa ia mematuhi perintah pasukan keamanan demi mencegah pertumpahan darah, meskipun menganggap penyelidikan ini tidak sah.
Bentrokan di Kompleks Kediaman Yoon
Sebelum penangkapan berhasil dilakukan, ratusan penyidik dan polisi dikerahkan untuk memasuki kompleks kediaman Yoon. Upaya ini merupakan percobaan kedua setelah yang pertama gagal pada awal bulan ini karena dihalangi oleh pengawal presiden.
Tim gabungan akhirnya berhasil menerobos masuk dengan menggunakan tangga dan melewati barikade manusia, meski terjadi bentrokan fisik antara petugas dan pengawal.
Respon Politik dan Demonstrasi
Partai Demokrat, oposisi utama yang menguasai parlemen, menyebut penangkapan Yoon sebagai langkah penting untuk memulihkan demokrasi. Di sisi lain, Seoul diramaikan dengan demonstrasi besar-besaran dari pendukung dan penentang Yoon yang memanas sejak ia dimakzulkan.
Pemakzulan Yoon sendiri diputuskan oleh parlemen bulan lalu setelah ia mencoba memberlakukan darurat militer yang dianggap sebagai upaya “kudeta.” Posisi presiden sementara kini dipegang oleh Perdana Menteri Han Duck-soo, meskipun ia juga menghadapi pemakzulan karena diduga terlibat dalam pemberontakan dengan menolak mengangkat tiga hakim kunci.
Krisis yang Memecah Bangsa
Krisis politik ini memperdalam perpecahan masyarakat Korea Selatan dan memicu kekhawatiran regional maupun internasional atas dampak politik serta ekonominya. Dengan masing-masing pihak bersikukuh pada posisinya, solusi damai tampaknya masih jauh dari harapan.
(Samirmusa/arrahmah.id)