AL-QUDS (Arrahmah.com) – Mengutip laporan Pusat Informasi Palestina, diperkirakan “Israel” akan kembali membuka Masjid Al-Aqsha bagi para jama’ah, pada Jum’at (31/10/2014) setelah seharian kemarin ditutup. Namun mereka menegaskan akan memberlakukan ketat terkait umur pengunjung. Hal ini diperkirakan merupakan antsipasi zionis guna menahan “malu”, sebab drama penembakan terhadap aktivis Yehudi Glick ternyata tidak efektif membakar amarah Muslimin Palestina.
Sumber media Zionis mengatakan, kepolisian “Israel” akhirnya memutuskan untuk membuka kembali Masjid Al-Aqsha bagi jama’ah shalat jum’at, khususnya setelah mencermati situasi dan kondisi yang semakin tegang, Kamis (30/10).
Kemarin kepolisian Zionis menutup Masjid Al-Aqsha bagi para jama’ah yang hendak shalat di dalamnya, mereka mengkhawatirkan akan terjadi aksi massa menyusul ancaman pembunuhan terhadap aktivis dan tokoh yahudi radikal ultra kanan, Yehudi Glick, Rabu kemarin (29/10). Tentara Zionis dengan kekuatan besar mengepung jalan-jalan dan akses menuju Al-Aqsha.
Hal ini disinyalir disiapkan “Israel” untuk mengkontra gerakan Hamas di Tepi Barat yang sebelumnya berencana menyerukan aktivis dan para pendukukngnya untuk melakukan kampanye solidaritas Masjid Al-Aqsha pada hari ini, Jum’at (31/10). “Israel” melihat aksi tersebut sebagai basis persiapan menuju intifadah Al-Quds yang berkelanjutan.
Di lain pihak, penembakan provokator tulen zionis Yehudi Glick dijadikan “Israel” sebagai alasan untuk menutup Masjid Al-Aqsha. Namun, rupanya kasus tersebut menuai tanda tanya dan keraguan, sebagaiamana dilaporkan EI pada Kamis (30/10/2014).
Sebelumnya Yehudi Glick memang sudah berinisiatif untuk membuat “drama kekerasan terhadap Yahudi”, agar mencetus kembali Intifada ketiga, sehingga kesempatan penguasaan Al-Aqsha akan lebih terbuka. Dalam drama kali ini Glick didukung aktor pendukungnya yakni Moshe Feiglin, yakni deputi pembicara Knesset.
Mereka berdua telah melakukan pengorbanan terbesar bagi agama Yahudi dengan sengaja menjadikan Glick sebagai korban penembakan seorang pria bermotor “beraksen Arab”. Namun sayang sekali, drama picisan mereka terlalu mudah diketahui publik, sebagaimana diulas Electronic Intifada pada Kamis (30/10).
“Bagaimana seorang pembunuh bertanya dulu dengan sengaja di dekat tersangka yang sedang bersama orang lain, hingga penembak diketahui aksennya dengan sangat jelas oleh kawan korban?” ujar salah satu pengguna media sosial dengan kritis. Masih banyak kejanggalan lain yang menjadikan kasus penembakan ini tidak masuk hitungan untuk dijadikan pengobar kemarahan Muslimin Al-Aqsha.
Yang mengherankan lagi, “Israel” begitu cekatan menangkap “tersangka penembakan”, padahal tidak ada CCTV yang merekam insiden tersebut, dan yang dijadikan bahan pelacakan hanya informasi bahwa tersangka beraksen Arab. Sementara, saat terjadi pembunuhan terhadap warga Palestina, butuh waktu berbulan-bulan bagi “Israel” untuk menemukan pelakunya, setelah kasus itu dijadikan alasan bagi zionis untuk melakukan agresi ke Gaza.
Dalam kasus Glick, disebutlah Mutaz Hijazi (32), seorang warga Palestina mantan tahanan akibat dakwaan ikut serta dalam Intifada II, sebagai pelaku penembakan Glick. Namun, lagi-lagi “Israel” berlaku licik. Hijazi tewas di tangan Unit Anti-Teror zionis, sebelum ia membongkar drama penembakan ini, sebagaimana dilaporkan Ma’an News dalam EI pada Kamis (30/10). “Israel” tahu betul kalau orang mati tidak dapat berbicara.
Beberapa twit membuktikan bahwa inilah kebohongan yang mengikuti kebohongan “Israel” sebelumnya. Dipublikasikanlah foto-foto Hijazi yang ditembak di atap rumahnya sendiri. Beredarnya gambar-gambar tersebut membuktikan bahwa tak ada satupun senjata yang dituduhkan zionis digunakan untuk menembak Glick. “Hanya sebuah bor elektrik rusak yang ia miliki,” ujar seorang tetangganya yang menyaksikan penembakan brutal Unit Anti-Teror zionis.
Akankah Intifada III tercetus kembali? Akankah zionis bertepuk tangan karena dramanya berhasil menyulut perlawanan dan memanfaatkannya untuk penaklukan Al-Aqsha? Ataukah Palestina tetap tangguh menjaga kiblat pertama Ummat Islam dengan penuh kesabaran menghadapi makar “Israel” penjajah kali ini? Wallahua’lam bishawab. (adibahasan/arrahmah.com)