JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen Hidayat Nur Wahid mengatakan, draf Indonesia mengenai terorisme secara prinsip tidak ada penolakan dari peserta delegasi. Mereka menginginkan proporsal Indonesia mencantumkan secara detail definisi tentang terorisme.
“Mereka khawatir apabila tidak detail jangan-jangan nanti para pejuang Palestina atau mereka yang membela bangsanya dari penjajah asing dianggap terorisme,” kata Hidayat seusai acara Sidang komisi Politik APA, di Bandung, Selasa (8/12), seperti disiarkan laman DPR.
Menurut Hidayat, persepsi pers barat seringkali mengeneralisasi terorisme disamakan dengan para pejuang kemerdekaan. “Ini banyak yang ditolak oleh para delegasi,” katanya.
Hidayat menilai, pada intinya secara prinsip, para delegasi Parlemen Asia menerima namun dengan catatan resolusi yang muncul nanti tidak menimbulkan multitafsir. “Hendaknya dibahas dengan mendetail lagi pada pertemuan akan datang,” katanya.
Menurut Hidayat, awalnya Parlemen Singapura dan Rusia menolak draf usulan Indonesia tentang terorisme tetapi pada akhirnya menyetujui dengan catatan draf tersebut harus disempurnakan lebih mendetail. Dia menambahkan, seluruh parlemen memiliki prinsip dan niat yang sama yaitu bersama-sama melawan terorisme di antaranya dengan menciptakan parlemen yang berkualitas dalam menghadirkan kehidupan demokrasi di belahan negara Asia.
Pada sidang tersebut, Hidayat mengatakan, parlemen Indonesia menekankan kepada anggota parlemen lainnya bahwa draf usulan Indonesia tidak akan berdampak kepada para pejuang. Melihat kondisi Indonesia masa lalu, papar Hidayat, bangsa Indonesia telah berjuang melawan penjajah selama 350 tahun sementara Palestina baru 61 tahun.
“Artinya saya katakan jika dikaitkan dengan perlawanan terorisme dan juga perlawanan penjajah, pengalaman dijajah Indonesia itu lebih panjang dibandingkan dengan pengalamannya Palestina, dan bahwa perjuangan bangsa Indonesia melawan pejajah demikian heroiknya, seperti cerita kepahlawanan Muhammad Toha,” kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera itu.
Saat itu, terang Hidayat, Muhammad Toha melakukan peledakan diri hingga terjadi peristiwa Bandung Lautan Api. Untuk menghargai jasa beliau namanya diabdikan menjadi sebuah jalan di Kota Bandung. “Jadi para delegasi telah saya ingatkan bahwa mustahil Indonesia memasukan pejuang sebagai teroris, intinya Indonesia tidak akan memasukan pejuang kemerdekaan sebagai kelompok teroris,” katanya. (viva/arrahmah.com)