JAKARTA (Arrahmah.com) – “Kami Butuh Senjata” ujar Dr. Yunus seorang pemimpin perlawanan muslim Rohingnya Arakan dalam perbincangan via telepon satelit dengan Habib Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam. ‘Kami tidak perlu bantuan makanan, sandang, obat-obatan ataupun uang, yang kami butuhkan sekarang adalah senjata”, demikian lanjut Dr. Yunus menekankan. Time to act, dan itu adalah dengan mengobarkan jihad bumi Rohingnya Arakan.
Sangat logis dan masuk akal permintaan tersebut,hal ini didasari pada kenyataan dan kondisi di lapangan, ummat Islam yang tadinya berjumlah 4 juta jiwa di Rohingnya Arkan sekarang tinggal 750 ribu saja. Dari jumlah itupun yang biasa dijumpai hanya 50 ribu saja di kamp pengungsi bentukan rezim militer Budha Miyanmar atas desakan PBB.
Sampai hari ini umat Islam rohingya terutama muslim Arakan mengalami penderitaan dan kesengsaraan atas kezholiman dan kebiadaban rezim Myanmar dan orang-orang Budha. Ratusan masjid dan mushola sudah menjadi puing hancur berantakan, jutaan orang mengungsi lari ketakutan. Banyak anak-anak menjadi yatim dan piatu, banyak istri kehilangan suami sekarang telah menjadi janda, banyak mereka berpisah dari keluarga, harta benda mereka habis dirampok, dijarah, rumah mereka dibakar, anak-anak perempuan mereka diperkosa, para pengungsi hidup di bawah tekanan.
Dari negeri ini Indonesia, mayoritas penduduknya muslim, dan letak geografis yang satu zona, asia tenggara seruan jihad itu telah bergema. Dan akan semakin massif dengan aksi mengepung kedutaan besar Myanmar pada aksi FUI (Forum Umat Islam) dan KAMRA (Komite Nasional Advokasi untuk Muslim Rohingya-Arakan) yang Insyaallah dilaksanakan hari jum’at, 3 Mei 2013 jam 13.00, dengan berkumpul di bundaran HI.
Sekjen KAMRA, Ustadz Bernard Abdul Jabbar, dalam siaran persnya menyerukan kaum muslimin Indonesia aktif, menekan dan mengutuk pemerintah Myanmar untuk menghentikan kezhalimannya dan menyiapkan pundi-pundi rupiah untuk mengisi kantong-kantong Save Rohingya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)